"Tumben kamu pagi-pagi buta ke sini."
Gua menatap ke arah Rey sebentar. "Naya kangen papa."
"Baru juga beberapa hari kemarin ketemu, ada apa hm?"
"Mama mana, pa?" Jujur, gua ogah berpura-pura manis seperti ini.
"Mama kamu pergi ke teman sosialitanya."
"Pagi-pagi begini?" Heran gua.
Papa mengangguk, "Emang ada apa kamu nanyain mama? Ga pernah kayak gini sebelumnya, kamu sehat 'kan?"
Gua berdehem singkat. "Sehat, pa. Papa sendiri gimana?"
"Ya, seperti yang kamu lihat sekarang. Rey sehat 'kan?"
"Sehat, pa." Jawab Rey seadanya.
"Ini kamu ga ada kerja Rey, kenapa mau aja diajakin sama Naya ke sini."
"Kebetulan lagi ga padat tugas di kantor, pa."
"Sering-sering berdua sama Naya ya nak. Biar kesehatan anak kalian terjaga. Naya ini suka keras kepala anaknya."
"Iya, pa. Itu pasti."
Gua menatap lama ke arah Rey. Saat Rey menatap gua balik, gua langsung memalingkan wajah ke arah lain.
"Pa, boleh Naya tanya sesuatu?"
"Boleh dong, mau tanya apa?"
"Waktu Naya kecelakaan, apa malam itu mama ga di rumah?"
"Kamu ingat sesuatu?"
"Jawab dulu pertanyaan Naya, pa."
"Mama kamu di rumah aja kok. Tapi yang pasti papa berbicara sama mama kamu pas malam. Waktu kamu nelpon papa."
"Kalau cuma bicara pas malam, sorenya mama kemana?"
"Merajuk, jadi mama ngurung diri di kamar."
"Aneh banget, pandai banget si lampir memanipulasi keadaan."
"Kenapa bahas ini, nak?"
"Gapapa, Naya cuma pengen ingat sesuatu aja."
"Udah, jangan dipaksain. Nanti mama kamu jadi khawatir maksa kamu konsultasi ke dk. Nando. Memangnya kamu mau?"
"Kayaknya ada yang aneh dengan..." Gua menggantungkan ucapan gua.
"Kasih tau papa ga ya? kalau resep obat dari dk. Nando ga ada yang manjur sedikitpun, malah membuat sakit gua jadi parah."
"Dengan apa?" Tanya Rey ikut penasaran.
"Apa nak?" Tanya Papa.
"Gapapa, pa. Tadi cuma masih bingung sama ingatan yang udah muncul dipikiran Naya."
"Ya udah, jangan terlalu dipaksa. Kamu harus banyakin istirahat. Papa ga mau cucu papa kenapa-kenapa, ingat."
"Papa sekarang baik-baik aja 'kan?"
Papa menyerjit bingung, "Baik sayang. Kamu kenapa, hm? Mimpi buruk tentang papa atau apa?"
Gua menggeleng cepat, "Bukan apa-apa. Kalau gitu kami balik dulu ya pa."
"Hati-hati bawa mobilnya Rey, jangan ngebut-nyebut. Istri kamu lagi hamil muda."
"Iya, pa. Kami pamit."
Setelah Rey menyalim tangan papa, gua langsung memeluk papa dengan erat.
"Kenapa kamu jadi manja gini sama papa. Udah sana, suami kamu pasti banyak kerjaan."
"Papa jaga diri baik-baik ya. Harus tetap sehat sampai cucu papa lahir ke dunia ini, okay?"
"Iya sayang. Ibunya juga harus sehat dan sembuh total, okay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRASSOL
Teen FictionMungkin, kita sepenggal kisah yang lupa ditamatkan oleh penulisnya. Lalu terkubur waktu hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan. [ Bunga Matahari ] - Perjodohan 𝐂𝐨𝐩𝐲𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭©𝟐𝟎𝟐𝟐 𝐛𝐲 𝐟𝐢𝐟𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚𝐡