Bagian 36

21 1 0
                                    

Sekarang gua udah di rumah. Tentunya bersama Rey dengan wajahnya yang sudah memerah menahan amarah.

"Jelasin!"

"J-jelasin apa?"

"Siapa orang yang kamu temui tadi dan kenapa ga izin dulu ke aku kalau mau keluar rumah."

"Astaga, gua sampai lupa kabarin Rey karena saking senangnya mau ngerumpi bareng Suci."

"Tadi rencananya mau izin, tapi lupa."

"Terus cowok tadi siapa?"

"Maksudnya?"

"Jawab!"

Gua tersentak saat Rey menaikkan nada bicaranya.

"D-dia...eum, mantan aku."

"Nama."

"Buat apa sama kamu?"

"Perlu aku bicara pakai bahasa lain biar kamu lebih paham maksud pertanyaan aku?"

"B-bukan gitu, Rey. Aku cuma takut..."

"...takut aib kamu kebongkar, gitu?"

"Rey."

"Apa?! Ingat, kamu itu lagi hamil besar. Jangan suka keluyuran ga jelas, apalagi cuma keluar buat nemuin laki-laki lain di belakang aku."

Gua menghela napas sabar. Mau bagaimanapun ini salah gua.

"Kenapa diam? kehabisan kata-kata?"

"Maaf, aku salah."

"Memang salah kamu! Siapa namanya?"

"Aldo."

"Udah berapa lama kalian pacaran?"

"Dari kelas 10 sampai 12, dan itupun sering putus nyambung." Jawab gua seadanya.

"Terus?"

"Ga ada lanjutannya, Rey. Cuma itu aja."

"Tadi bahas apa aja?"

"H-hah?"

"Tinggal jawab apa susahnya sih?"

"Bukan gitu. Aku cuma ngerasa ga ada privasi di hidup ini."

"Okay, fine. Kita main rahasia-rahasiaan sekarang!" Rey langsung pergi dari rumah.

"Lah, mau kemana?" Tanya gua pada diri gua sendiri.

Gua menatap aneh ke arah perginya Rey. Ia melajukan mobilnya sangat kencang.

~~~

"Maaf, gua telat." Suci langsung ikut gabung bersama kami.

"Mau bahas apa nih? tumben si Gibran ikutan?"

"Gua mau nunjukin sesuatu ke kalian." Gua langsung menyerahkan ponsel gua ke atas meja. Untung aja gua sempat foto yang ada di ponsel Aldo tadi.

"Girassol?" Ujar mereka serempak.

"Kita ga bisa melacak siapa yang menulis, karena tulisannya diketik. Dari kalian ada yang tau maksudnya ga? Ini gua dapatin dari Aldo."

Suci langsung menggeleng, "Lo taulah, gua bego masalah beginian."

"Lo Gib?"

"Bentar. Ini kayak bahasa lain tapi aku lupa dari negara mana."

"Ah, gampang. Tanya mbah gua aja sini." Suci mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

"Hah? bunga matahari? apa maksudnya ini?" Heran Suci.

"Nah iya, sejenis bunga. Itu artinya. Aku juga sempat dikasih tau Nara kalau dia sering dapat kiriman bunga matahari." Jelas Gibran.

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang