Bagian 37

14 1 0
                                    

"Kamu kenapa ga mau ketemu aku lagi?"

"Maksud lo?"

"Kamu selalu menghindar di saat pertemuan kita seperti sekarang ini. Maka dari itu aku ga bisa datang lagi ke mimpi kamu."

"Lo. Penyebabnya karena semua yang ada di lo, gua jadi semakin benci."

"Tapi kenapa, Nay? Aku ada salah apa sama kamu?"

"Mama papa pisah karena lo. Kenapa lo bisa ngenalin Sinta ke keluarga kita, hah? dia itu perusak rumah tangga dan dengan lo datangin Sinta ke kehidupan papa, mama jadi sakit. Harusnya lo bisa berpikir jernih saat itu."

"Maaf, soal itu aku salah."

"Maaf lo ga bisa ngembaliin keluarga cemara gua!"

"Maaf, Nay. Aku benar-benar gatau kalau dulu pas aku kenalin guru aku ke keluarga kita, ternyata dia malah menginginkan lebih."

"Puas lo lihat kehidupan gua menderita? gara lo juga gua harus berada dalam pilihan sulit seperti sekarang!"

"Aku udah bisa menebak kalau kamu akan dengan cepat jatuh cinta dengan pacar aku."

"Diem! dia bukan pacar lo lagi. Dia suami gua, camkan itu!"

"Tapi dulu dia pacar aku."

"Huh, pacar kata lo? ngaca sana! Lo udah selingkuh di belakang dia. Apa pantas lo masih menganggap dia sebagai pacar lo?"

"Naya. Kamu kenapa jadi kasar gini sama aku?"

"Gua benci lo ngomong apapun. Lebih baik lo diam!"

"Anak kita baik-baik aja 'kan?" Nara hendak mengelus perut gua, namun dengan cepat gua mundur.

"Jangan sentuh gua! dia anak gua, bukan anak lo!"

"Tapi ayahnya..."

"Apa?! dia suami gua, bukan punya lo!"

"Aku di sini terluka banget. Bahkan aku gatau harus bisa cerita ke siapa. Semua orang ga pernah mau ngertiin perasaan aku."

"Bukan urusan gua! Lo udah ngehancurin semuanya di kehidupan kita. Bahkan lo hidup pun ga ada artinya bagi gua!"

"Aku kecewa sama kamu, Nay."

"Gua lebih kecewa sama lo, Nar."

Ceklek

Gua langsung membuka mata dan memicing perlahan. Dengan cepat gua mengontrol napas gua yang naik turun akibat mimpiin Nara.

"Rey, kamu darimana aja?"

Rey tidak merespon pertanyaan gua. Dia langsung merebahkan dirinya di sebelah gua, namun tidur membelakangi gua.

"Hp Rey dimana, ya?"

Gua mencoba mencari pelan-pelan keberadaan ponsel Rey.

Bruk

Gua langsung beranjak dari atas ranjang. "Ini ponselnya."

Gua mengambil ponsel Rey yang terjatuh ke lantai.

"Duh, pakai sandi lagi. Sandinya apa ya?"

Gua mengetikkan angka hari pernikahan kami, namun salah.

"Hari jadian mereka?" Dengan lambat gua mengetikkan beberapa angka di sandi ponsel Rey.

Terbuka.

Gua menatap lama ke arah Rey yang sudah tertidur pulas.

"Segitu cintanya lo sama dia, Rey? Jadi yang jahat di sini gua atau dia?"

Tanpa pikir panjang, gua menyelesaikan cepat misi gua untuk besok.

GIRASSOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang