Setelah sampai di rumah keluarga berduka tersebut orang-orang berpamitan termasuk teman Reyna yang ikut mengantarkan Reyna pulang kerumahnya.
"Reyna kita pamit pulang ya, sekali lagi kita turut berdukacita atas meninggalnya Ayah lo," ujar Icha prihatin.
"Sekali lagi makasih buat kalian, yang udah datang ke sini buat nganterin almarhum ayah gue ke tempat peristirahatan terakhirnya," ungkapnya dengan wajah yang lesu karena tangisan yang ia keluarkan. Mereka pun akhirnya pamit satu persatu mengucapkan turut berdukacita kepada Aura dan Reyna termasuk keluarga Refa yang datang ngelayat kerumah duka tersebut.
"Reyna gue, turut berdukacita yah," ujar Putra.
"Iya Tra, makasih," jawabnya sambil tersenyum tipis walau hati nya kini sedang rapuh atas kehilangan ayahnya.
"Yaudah gue pamit pulang ya Rey, Tante," pamit Putra.
"Assalamu'alaikum," ucap Putra.
"Wa'alaikumussalam," balas Aura dan Reyna.
Kini hanya tinggal Adza disitu ia setia menemani Reyna disaat ia sedang sedih atas kehilangan Ayah nya ia pun tidak lupa dengan amanah Ayah Reyna yang dititipkan padanya, Adza pun berusaha untuk menenangkan Reyna agar ia tidak terus menerus menangisi almarhum ayah nya.
"Reyna lo yang sabar yah, Ayah lo dah tenang di sana, kalo lo terus-terusan nangisin beliau yang ada beliau sedih liat lo nangisin beliau, sekarang lo jangan nangis lagi," ujar Adza tersenyum pada Reyna sembari memegang kedua pundak Reyna.
"Yaudah lo masuk ke dalam, istirahat pasti kamu lo," ungkap Adza untuk menyuruh Reyna untuk istirahat karena hari ini pasti dia sangat lelah karena terus-terusan menangisi almarhum ayahnya.
"Yaudah ya gue pamit, Tante saya pamit pulang," pamit nya dengan sopan.
"Iya Nak Adza makasih yah, udah datang ke sini buat nganterin almarhum ke tempat peristirahatan terakhirnya," ujar Aura dengan berterimakasih.
Adza tersenyum. "Yasudah saya pamit Tante assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam."
Dan tak lama kemudian setelah orang-orang sudah pulang ada seseorang yang datang untuk menemui keluarga yang sedang berduka itu.
"Permisi apa benar ini dengan keluarganya almarhum Pak Rezan?" tanya seseorang tersebut.
Reyna dan Aura pun yang hendak masuk ke dalam mereka yang mendengar suara seseorang tersebut mereka pun berbalik badan.
"Iya ini dengan keluarganya almarhum, maaf Bapak siapa ya?" tanya balik Aura kepada seseorang tersebut.
"Kenalin saya Twisnu Haikal Geraldine, saya Direktur diperusahaan Geraldine corp, saya di sini turut berdukacita atas meninggalnya Pak Rezan," jelas pak direktur tersebut dengan berbela sungkawa.
Reyna yang mendengar nama pak direktur tersebut ia pun mengernyitkan keningnya. "Geraldine? kok sama yah nama nya kek Adza, Adza Aditama Geraldine." batinnya.
"Oh yasudah Pak, mari masuk kita bicara di dalam saja," titah Aura karena Aura tahu jika ada hal yang ingin dibicarakan oleh pak direktur tersebut karena jika dibicarakan diluar banyak orang-orang yang menguping pembicaraan nya.
"Silahkan duduk Pak," ujar Aura mempersilahkan pak direktur tersebut duduk diruang tamu.
Direktur tersebut mengangguk tersenyum. "Baik Bu terimakasih,"
"Jadi selama pak Rezan kerja diperusahaan saya, beliau sempat memegang perusahaan saya dikota ini untuk menggantikan saya yang sedang mengurus cabang perusahaan lain di luar kota, jadi saya di sini untuk meminta Putri ibu yang menggantikan posisi beliau untuk mengurus perusahaan saya di sini," ujar Pak Direktur tersebut dengan jelas. Mereka yang mendengar itu pun tersontak dengan sedikit kaget terlebih lagi dengan Reyna karena ia tidak mungkin jika harus mengurus perusahaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABOUT REYNA [SELESAI✓]
Narrativa generale"𝐤𝐚𝐝𝐚𝐧𝐠, 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭𝐢𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐛𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧𝐲𝐚, 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚𝐢 𝐚𝐩𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚." ~~~ [FOLLOW DULU SEBELUM BACA CERITA INI, TERIMAK...