Vote komennya dungs supaya aku semangat ^.^
******
Langit biru kejinggaan itu mulai beranjak gelap. Perlahan menampakkan diri menerangi langit yang selalu dihiasi ribuan bintang. Suara hewan malam terdengar bersahutan. Udara terasa dingin mencekam seolah mampu menembus tulang.
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Sebagian siswa SMA Hartahta dan juga beberapa penonton lain sudah memenuhi arena balapan liar yang berada di Jalan Sangge.
Di tiap-tiap tepi jalan dipenuhi pohon-pohon besar yang menutupi separuh jurang yang memanjang, dibatasi oleh pagar pembatas.
Suara angin kencang terdengar jelas saling bersahutan. Tulus, Jendra dan Alsaki mengekor Albiru dari belakang. Salah satu dari mereka menilai penampilan Albiru saat ini. Celana jins ketat, jaket kulit, dan sepatu hitam serta rambut gondrongnya yang dikuncir ke belakang.
Kece, maco bener suhu gue.
"Janji cuma 15 menit!" Jendra memperingati. Takut jikalau Albiru akan keblalasan tak terkendali. Sudah sering terjadi, Albiru tak berhenti balapan bahkan jam balapan sudah berakhir tetapi cowok itu tetap balapan sendiri tanpa henti. Tulus, Jendra, dan Alsaki sahabat setia Albiru sampai kewalahan menunggu bahkan harus tertidur di aspal saking mengantuknya.
Albiru tak menoleh ke lawan bicara, cowok itu hanya mengangguk samar dengan langkah kaki yang terus berjalan.
Alsaki menelaah suasana sekelilingnya. Seketika sekujur tubuhnya merinding tak karuan, bulu kuduknya naik. Alsaki memeluk penuh tubuhnya sendiri sesekali meringis ngeri. "Kok serem gini ya, nyesel gue ikot ternyata si kong-kong malah milih area balapan yang ini, mau pulang aja ahh!" Alsaki hendak berbalik, menuju motor Scoopy-nya. Ingin pergi dari sini.
Tulus dan Jendra langsung menghadang Alsaki. Tatapan mereka langsung berubah serius dan tajam, seolah-olah tatapan itu berkata 'Tetap disini, sahabat harus setia. Jangan asal pergi, berarti lo nggak sejantung sama kita-kita," itu kata-kata khayalan Alsaki sendiri, karena menilai dari tatapan.
"Cemen lo, penakut amat. Jadi cowok jangan lembek, harus gagah perkasa kayak gue dong!" Tulus meledek sekaligus memamerkan otot-otot lengannya yang keras dan keren. Tentu saja, Tulus harus sombong karena hanya dirinya yang memiliki otot se-keren ini. Eh salah ternyata ada yang menandingi siapa lagi kalau bukan Albiru. Tulus akui semuanya berawal dari Albiru yang selalu mengikuti Albiru nge-gym, jadi terbentuklah otot-otot gagah perkasa itu.
Alsaki mencibikkan bibir. "Gini-gini gue ganteng yak, penakut tapi ganteng. Inget tuh! Okeh deh, mari bersatu jamet!"
Alsaki berlari kecil, berjalan kearah sahabat-sahabatnya. Berdiri di tengah antara Tulus dan Jendra sekaligus merangkul lengan sahabatnya diiringi dengan senyum lepas.
Tulus dan Jendra memutar bola matanya malas secara bersamaan.
"Tengok la kan, alay. Serah lo deh maemunaah!" Tulus mendesis kesal. Ia menepis tangan Alsaki yang melilit di lehernya lalu beranjak pergi menuju Albiru yang sudah memasuki area balapan.
"Mau ngucap istigfar, tapi takutnya lo kebakar!" kata Jendra datar, diakhiri dengan kekehan mengejek. Dan mereka berdua sudah meninggalkan Alsaki sendiri.
Seketika Alsaki memegangi dadanya secara dramatis. Sorot matanya berkaca-kaca namun terlihat pura-pura. Bibir sudah manyun beberapa senti. "Sakitnya tuh di sini. Agak pedih, tapi tak mengapa," ucap Alsaki.
Tak menunggu detik, Alsaki langsung berlari saat suara hewan tiba-tiba terdengar, takut setengah mati. "Aleh makkk, jangan tinggalin gue!"
Dua motor sudah terparkir di garis start. Albiru mengecek kendaraan kebanggannya sebelum bertanding. Tentu saja ia harus menang. Dalam kamus Albiru, ia tak suka dengan kekalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU | MY HUSBAND IS CLASS PRESIDENT
Teen Fiction⚠️PART TERBARU AKAN MUNCUL KALAU KALIAN SUDAH FOLLOW⚠️ "𝓢𝓮𝓹𝓪𝓼𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓾𝓴𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓹𝓪𝓷𝓭𝓪𝓲 𝓶𝓮𝓷𝓾𝓽𝓾𝓹𝓲 𝓭𝓾𝓴𝓪." - 𝓢𝓪𝓯𝓲𝓻𝓪 𝓡𝓜, 𝓐𝓵𝓫𝓲𝓻𝓾 "Ah ya gue punya istri buat diajak mati bareng." "Ayang Al kenapa ngomong gitu? Kok...