Yeay akhirnya bisa update :)
Vote komennya dungs supaya aku semangat ^.^****
"Diammm! Dengarkan saya, kali ini saya akan membagi hasil ujian kalian yang minggu kemarin. Dengarkan baik-baik, tidak ada pengulangan. Bagi nama yang saya panggil maju kedepan, dan saya akan memanggil nama-nama yang hanya dapat nilai terbaik lewat KKM. Baik, saya mulai!"
Mendadak, suasana kelas yang tadinya berisik berubah hening saat mendengar suara ketegasan Ibu Nani. Guru pelajaran Matematika yang tiba-tiba memasuki kelas XI Mipa III sambil membawa penggaris besar yang begitu panjang.
Cukup, membuat siswa-siswa di kelas itu jantungan, apalagi ini adalah situasi yang menegangkan karena menyangkut masa depan.
Ibu Nani melanjutkan. "Seperti biasa nilai tertinggi terbaik kedua adalah ... Jendra Pascal, kamu maju depan dan ambil hasilnya!"
Jendra mengepalkan kedua tangan ke udara dengan antuasias, wajahnya langsung cerah saat menemukan bahwa dia berhasil mempertahankan nilainya.
Dengan langkah semangat, Jendra maju untuk mengambil kertas ulangannya. Terlihat disana tiga lembar kertas yang berisikan nilai 85, 90 dan 95. Jendra bahagia sekali.
Ketika melewati sahabat-sahabatnya, Tulus dan Alsaki, Jendra memasangkan senyum sombong yang dibalas dengusan. Jendra kembali menduduki kursinya, disamping Albiru.
Semua siswa-siswi lantas saling berbisik, bertanya-tanya bagaimana nilainya dan seperti apa nilai yang akan mereka dapatkan. Sangat mengkhawatirkan, mereka begitu mengenal Ibu Nani apabila mendapat nilai terendah maka harus bersedia mendapatkan hukuman menakutkan.
Ibu Nani tersenyum melihat lembar ujian di tangan, ketika membaca nama yang tertera disana. "Dan yang mendapat nilai paling tertinggi di kelas kita adalah ... Albiru Heisenberg. Albiru ambil kertas kamu, seperti biasa kamu selalu bagus!"
Seisi kelas langsung menghela napas kecewa. Berbeda dengan Bella langsung tersenyum lepas gembira saat nama doi-nya yang disebutkan. Bella menepuk-nepuk tangan bangga, masih menatap kearah Albiru yang tampak diam dengan posisi menelengkupkan kepalanya bertumpu pada lengan, memiringkan kepalanya kearah jendela.
Tak ada reaksi Albiru bangkit, membuat Jendra teman sebangku, Alsaki dan Tulus menoleh kearah Albiru dan secara bersamaan menggoyangkan lengan Albiru dengan satu kali hentakkan.
"Bro, lo di panggil!" Alsaki menginfokan, sesekali Alsaki melihat Ibu Nani sekilas. Padahal Ibu Nani sudah menunggu lima menit tetapi masih saja menebarkan senyum. Uh, memang murid kesayangan.
Perlahan Albiru membangunkan kepalanya dan menyibak rambutnya ke belakang karena menutupi dahi. Melihat rambut Albiru seperti itu, apabila dikaitkan dengan tata tertib peraturan sekolah harus segera di potong namun di SMA Hartahta, Albiru murid di emaskan.
Albiru mengamati sahabat-sahabatnya dengan datar, dia sebenarnya mendengar namanya di panggil namun Albiru tak berminat. Dengan langkah malas tak bertenaga, Albiru maju dan mengambil kertas ujiannya. Bella terus-menerus mengunci tatapannya kemana saja Albiru beranjak.
Ibu Nani makin tersenyum. "Albiru, kamu memang murid kesayangan saya. Saya bangga sekali sama kamu, saya ada kejutan buat kamu sebagai pehargaan kamu yang selalu dapat nilai memuaskan kamu boleh cuti dari kelas saya selama 3 hari. Selamat Albiru!" Ibu Nani menegaskan dengan semangat.
Tentu saja, detik itu membuat seluruh siswa-siswi kelas XI MIPA 3 langsung bersorak. Ada bersorak tak adil dan ada bersorak kecewa karena hanya Albiru yang diberi cuti dan ada juga bersorak karena terkagum-kagum dengan most wanted SMA Hartahta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU | MY HUSBAND IS CLASS PRESIDENT
Teen Fiction⚠️PART TERBARU AKAN MUNCUL KALAU KALIAN SUDAH FOLLOW⚠️ "𝓢𝓮𝓹𝓪𝓼𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓾𝓴𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓹𝓪𝓷𝓭𝓪𝓲 𝓶𝓮𝓷𝓾𝓽𝓾𝓹𝓲 𝓭𝓾𝓴𝓪." - 𝓢𝓪𝓯𝓲𝓻𝓪 𝓡𝓜, 𝓐𝓵𝓫𝓲𝓻𝓾 "Ah ya gue punya istri buat diajak mati bareng." "Ayang Al kenapa ngomong gitu? Kok...