HALOO SEMUANYA, SAFII DATANG
----------------
Hargai penulis, hanya dengan memberikan vote serta comment. Cerita ini nanti juga mengandung beberapa unsur kekerasan yang tidak patut untuk ditiru.
Follow Wattpad Safii ya karena beberapa bab bakal Safii private
So, happy reading
***
DI MOHON JANGAN SIDERS YA GENGS. RAMEIN KOLOM KOMENTAR SETIAP PARAGRAFNYA BIAR ALBIRU UPDATENYA SERING DAN SAFII JUGA SEMANGAT BUAT UPDATE: ()
BTW, DUKUNG TERUS CERITA INI YA SAMPE TAMAT HUHU
BANTU RAMEIN, BANTU PROMOSI HIHI
TINGGALIN JEJAK KALIAN DISINI SBLM BACA. BACA KOMEN KALIAN ITU PALING MOOD!
WARNING!
200 KOMEN & 200 VOTE
KALO BELUM TEMBUS TARGET, SAFII GAK AKAN NEXT DULU.
***
Sakit.
"BELLA!" di detik itu juga, Albiru membuka mata dengan napas tersengal hebat lalu mendapati keberadaannya yang masih di dalam gudang gelap gulita, semakin membuat napas cowok itu terengah-engah tak terkontrol.
Albiru menghela napasnya yang terasa begitu sesak sembari membangunkan tubuhnya yang tak bertenaga dari posisi berbaring menyamping menjadi duduk dengan bersandar di belakang dinding bersisik.
Tangannya yang masih terikat mati membuat cowok itu tak kuasa untuk banyak bergerak. Kornea birunya tak bisa melihat hal lain kecuali kegelapan yang mengerikan.
Masih, cowok itu mencoba mengandalikan napasnya yang naik-turun hebat. Keringat dingin mulai membasahi dahi Albiru ketika membayangkan keberadaaan Edric yang sudah mendekati Bella bahkan menyakiti Bella, tak akan pernah Albiru biarkan.
Sungguh, ia tidak boleh lemah begini, Ia harus segera keluar dari gudang busuk ini. Cowok itu harus secepat mungkin melihat bagaimana keadaan Bella sekarang, dan menjauhkan Bella dari Edric iblis itu.
Mendadak, jantung Albiru berdetak tidak karuan. Pikirannya kacau tidak beraturan. Satu wajah dan satu nama tergambar jelas di pikiran Albiru. Cemas, panik dan takut seakan menguasai seluruh hati dan pikirannya saat ini. Takut terjadi hal yang tidak-tidak pada Bella nantinya.
Luka-luka di dalam tubuhnya membuat Albiru lupa cara bernapas ketika ia bergerak sedikit saja, saking sakit sekali rasanya. Sudah ia pastikan, luka-luka itu akan terus saja mengeluarkan banyak darah, mengotori tubuh berototnya.
Memilih mengabaikan dan menahan rasa sakit yang menyerang hebat di tubuhnya, mati-matian cowok itu mengarahkan tangannya untuk merongoh saku, mengambil sesuatu yang tajam di balik saku.
Tak bisa melihat letak keberadaan, berakhir cutter tajam itu mengenai jarinya sehingga membuat Albiru merintih pelan kemudian cutter itu dibawa kearah ikatan tali di kursi yang mengikat kuat tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU | MY HUSBAND IS CLASS PRESIDENT
Roman pour Adolescents⚠️PART TERBARU AKAN MUNCUL KALAU KALIAN SUDAH FOLLOW⚠️ "𝓢𝓮𝓹𝓪𝓼𝓪𝓷𝓰 𝓵𝓾𝓴𝓪 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓹𝓪𝓷𝓭𝓪𝓲 𝓶𝓮𝓷𝓾𝓽𝓾𝓹𝓲 𝓭𝓾𝓴𝓪." - 𝓢𝓪𝓯𝓲𝓻𝓪 𝓡𝓜, 𝓐𝓵𝓫𝓲𝓻𝓾 "Ah ya gue punya istri buat diajak mati bareng." "Ayang Al kenapa ngomong gitu? Kok...