BAB 09. KEMATIAN

496 157 27
                                    

Yeay akhirnya bisa update :)
Vote komennya dungs supaya aku semangat ^.^

Siap untuk mengisi semua paragraf dengan komentar?

Btw, ada gak ya yang nungguin cerita ini update?😭

ALBIRU

"Jelaskan pada saya sejelas-jelasnya, seyuyur-yuyurnya apa yang hendak kalian perbuat sampai menimbulkan keributan di area kuasa saya?!"

Pak Yanto – berkumis tebal dan berkepala botak baru saja mengeluarkan suara yang cukup tegas seraya menatap Tulus dan Jendra secara bergantian yang sudah menduduki kursi yang ada dalam ruangannya, berhadapan langsung dengan Pak Yanto.

Pak Yanto merasa geram sekali dengan muridnya kali ini, Tulus dan Jendra tampak santai sekali menghadapi amukannya.

"Ohh lagi LGBT aja nih Pak." ujar Tulus santai, tak menatap Pak Yanto memilih mengamati ruangan Pak Yanto yang tertata rapi dengan barang-barang perhargaan yang terpajang di dinding.

Tulus tak sanggup menatap wajah Pak Yanto karena bisa saja Tulus ketawa terpingkal-pingkal melihat wajah Pak Yanto yang justru mengakak daripada menyeramkan. Pak Yanto persis seperti tuyul.

Pak Yanto membulatkan mata begitu syok. "LGBT?! Jangan bercanda kamu, saya lagi seriyuus." Pak Yanto menatap Tulus dengan tatapan tak suka.

"Waduh, jangan seriusin saya Pak. Saya cowok lho Pak, sama-sama punya batang kan? ... ihh jadi takut dekat-dekat sama Bapak!" Tulus memeluk tubuhnya dengan perasaan ketakutan.

"TULUSS!" Pak Yanto – menyentak dengan keras.

Tulus menyodorkan dua jarinya tepat di depan wajah Pak Yanto membuat Pak Yanto menjauh karena gerakan tak sopan yang mendadak itu.

"Duarius Pak, dua juta rius deh! biasalah kita-kita lagi gabut singkatannya LGBT. Jangan salah paham gitu lah pak!" Tulus melengos.

Cowok itu kembali menduduki diri di tempat semula, menyandarkan punggungnya dengan santai di sandaran kursi seraya bersedekap dada.

Pak Yanto menatap Tulus sengit. "Jangan main-main ya sama saya. Kalian baru saja melakukan tindakan yang menganggu ketenangan siswa-siswi lain, tindakan kalian yang tidak senonoh dan bisa saja diikuti oleh orang lain. Di sekolah ini sangat diajarkan murid teladan dan disiplin untuk tidak berkelahi sesema teman. Kalian bisa saya beri hukuman yang berat atas apa yang sudah terjadi. Cepat jelaskan sama saya, apa yang terjadi sebenarnya!" Pak Yanto menyentak kesal.

"Pasi pasi pasi pasipasipasipa pulu pulu pulupulupulu!"

"TULUS! SOPAN KAH KAYAK GITU. KAMU TIDAK MENGERTI BAHASA MANUSIA YA, JELASKAN PADA SAYA SEKARANG. WAKTU SAYA SUDAH TERBUANG BANYAK GARA-GARA KALIAN?! DAN KAMU JENDRA, JANGAN TIDUR DI RUANGAN SAYA!"

Pak Yanto menekankan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya seraya menjambak kepala botaknya dengan sangat frustasi menghadapi dua manusia di depannya saat ini yang banyak sekali tingkah.

Tulus merotasikan matanya malas, berbeda dengan Jendra yang justru mengabaikan peringatan keras dari Pak Yanto. Jendra tetap memejamkan mata dan bersedekap dengan santai di depan Pak Yanto yang semakin bergelonjak emosi.

"Monyet apa yang gampang kepo?" tanya Tulus mulai menggoda Pak Yanto. Cowok itu menarik turunkan alisnya yang tebal.

Pak Yanto mengernyitkan dahinya bingung kemudian menatap Tulus dengan pandangan bertanya bahkan Pak Yanto sedikit memajukan tubuhnya saking penasarannya dengan jawaban dari pertanyaan Tulus barusan. "Hah apaan?"

ALBIRU | MY HUSBAND IS CLASS PRESIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang