BAB 37. DIBUANG

325 22 11
                                    

YEAYYY AKHIRNYAA SAFII UPDATE LAGII, HALOO SEMUANYA, SAFII DATANG

Maaf ya baru update huhu

----------------

Hargai penulis, hanya dengan memberikan vote serta comment. Cerita ini nanti juga mengandung beberapa unsur kekerasan yang tidak patut untuk ditiru.

So, happy reading

***

DI MOHON JANGAN SIDERS YA GENGS.

RAMEIN KOLOM KOMENTAR SETIAP PARAGRAFNYA BIAR ALBIRU UPDATENYA SERING DAN SAFII JUGA SEMANGAT BUAT UPDATE: ()

BTW, DUKUNG TERUS CERITA INI YA SAMPE TAMAT HUHU

BANTU RAMEIN, BANTU PROMOSI HIHI

TINGGALIN JEJAK KALIAN DISINI SBLM BACA. BACA KOMEN KALIAN ITU PALING MOOD!

WARNING!

Target 100 Vote + 100 komen + 30 Followers Safii bakalan double up hari ini

****

Bella menghentikan sejenak langkahnya. Gadis itu mendongakkan kepala, menatap indahnya langit yang semakin berubah warna menjadi gelap.

Langit menghitam dengan udara yang terasa dingin mencekam. Mungkin hujan deras akan turun sebentar lagi. Bella harus segera sampai ke tujuannya sebelum tubuhnya diguyur hujan.

Gadis itu menyibak rambutnya yang menutupi dahi lalu memeluk tubuhnya yang terasa dingin menggigil. Udara malam benar-benar mampu membekukan seluruh saraf di tubuh Bella.

Ia mengedarkan pandangannya, beberapa pohon pinus dan rumah angker seakan mengepungnya. Sangat mengerikan.

Sebentar ... bahkan Bella mendengar langkah kaki yang seakan-akan semakin mendekat. Sekujur tubuh Bella mendadak bergetar ketakutan, raut wajahnya berubah pucat diseligi dengan bulu kuduknya yang berdiri semua.

Siapa yang mengikutinya? Bukankah tidak ada yang tahu daerah sekitar sini?

Kawasan yang memang terkenal sepi. Tidak ada perumahan disini, jadi siapa yang tahu keberadaannya?

"AKKKHHH, LARIII." Bella langsung berlari terbirit-birit menjauh dari tempat tersebut seperti dikejar hantu perawan.

"LARII LARII LARII GAK MAU MATI MUDA."

"Meong .... meong .... Meong."

***

Gadis cantik dengan rambut panjang yang dibiarkan tergerai sebatas punggung itu mengerem mendadak kecepatan langkah kakinya. Buliran keringat telah membasahi wajah dan lehernya. Napasnya juga terengah-engah lantaran begitu kelelahan berlari sepanjang jalan seorang diri.

"Ish, siapa sih yang ngejar-ngejar pinces cantik ini? Gak ada kerjaan banget, nyebelin," ujarnya menoleh ke belakang sembari mengusap rambutnya yang basah dibanjiri keringat.

ALBIRU | MY HUSBAND IS CLASS PRESIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang