BAB 22. MENTAL RUSAK

531 142 42
                                    

HALOO SEMUANYA, SAFII DATANG

----------------

Hargai penulis, hanya dengan memberikan vote serta comment. Cerita ini nanti juga mengandung beberapa unsur kekerasan yang tidak patut untuk ditiru.

So, happy reading

*
*

JANGAN SIDERS YA GENGS. RAMEIN KOLOM KOMENTAR SETIAP PARAGRAFNYA

DIMOHON JANGAN SIDERS YA BESTI, BIAR ALBIRU UPDATENYA SERING DAN SAFII JUGA SEMANGAT BUAT UPDATE: ()

BTW, DUKUNG TERUS CERITA INI YA SAMPE TAMAT HUHU

BANTU RAMEIN, BANTU PROMOSI HIHI

TINGGALIN JEJAK KALIAN DISINI SBLM BACA. BACA KOMEN KALIAN ITU PALING MOOD!

***

          "Pasien atas Bella Felysia Inez, di kamar mana Mbak. Di larikan ke sini kan, Mbak?" tanya Jendra dengan cepat setelah sampai didepan meja Resepsionis rumah sakit.

          Sementara Alsaki dan Tulus masih berlari berbondong-bondong dari arah belakang Jendra. Satu detik kemudian, Alsaki dan Tulus yang tak bisa menstabilkan langkah kaki alhasil mereka menabrak pilar raksasa berdekatan dengan meja resepsionis hingga jatuh tertindih, Tulus menindih Alsaki.

          Jendra yang melihat itu memutar bola matanya malas, dia menyeka peluh yang bercucuran disekitar dahi dengan napas yang masih diatur agar kembali normal.

          Alsaki yang ditindih Tulus langsung meronta susah payah, mulutnya sudah dibanjiri dengan hewan-hewan yang ada dikebun binatang, membuat Tulus langsung bangkit dengan susah payah dari tubuh Alsaki.

          Tulus langsung bergelanyut pada meja yang berhadapan dengan resepsionis cantik itu, juga melayangkan kedipan mata berkali-kali. Resepsionis cantik itu hanya bisa mengerutkan dahinya.

          "Iya Mbak cantik, ada nggak nama pasien Bella? Cepatan di cari ya Mbak, darurat nih cantik, darurat banget, gawat can—hmmpthh,"

          Terpotong. Lantaran Alsaki langsung menutup mulut Tulus yang tak berguna seraya menghunuskan tatapan melotot yang sangat tajam pada Tulus, dan juga memukul pantat Tulus satu kali. Sementara Tulus memberikan tatapan protes pada Alsaki, matanya tak kalah melotot tajam.

          Jendra memijit jidatnya yang mendadak pusing melihat kelakuan Alsaki dan Tulus. "Ada nggak Mbak?" desak Jendra cepat.

          Mereka sudah memakan waktu enam puluh menit dihabiskan diperjalanan lantaran mencari-cari lokasi terlebih dahulu. Saat menyadari daerah jalan Pentras itu hanya ada rumah sakit AL CAMSLEXTON BYAKTA, maka Albiru pasti tak jauh-jauh membawa Bella. Pasti rumah sakit ini pilihan cowok itu.

          Jadi Jendra tak ingin menghabiskan lebih banyak waktu hanya untuk menanyakan Bella di kamar mana atau meladeni Alsaki dan Tulus yang tidak jelas.

          Resepsionis itu mengangguk. "Sebentar ya, dek." Ia pun kembali memeriksa nama-nama pasien yang ada di rumah sakit ini dengan cukup teliti.

          Tulus menggeleng-geleng kepala seperti anak kecil, bibirnya dimanyunkan dengan manja seraya mencondongkan tubuhnya mendekat kearah resepsionis itu. "Ayank jangan panggil adek, udah dewasa lho kita. Udah jantan banget n—

ALBIRU | MY HUSBAND IS CLASS PRESIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang