BAB 07. ALEX PRAMADYA

496 179 39
                                    

Yeay akhirnya bisa update :)
Vote komennya dungs supaya aku semangat ^.^

Siap untuk mengisi semua paragraf dengan komentar?🙂

ALBIRU

"Byy?"

Alex Pramadya memanggil-manggil pacarnya – Kirana Putri, yang kini tengah menggelap keringat Albiru.

Albiru juga tak niat untuk menghindar, Albiru menerima baik tindakan Kirana. Namun Albiru tak terlalu memperdulikan Kirana disampingnya, Albiru hanya menyambut tindakan Kirana saja.

Sebagai pacar – Alex tentu saja tak terima dengan hal itu. Sial sekali, Alex berteriak memanggil si brangsek itu untuk menangih janji bukan menyaksikan kedekatan Kirana dengan Albiru.

Alex langsung berlari hendak menerjang pukulan pada tubuh Albiru tetapi sudah di tahan sama Alsaki. Kirana yang melihat pacarnya disini, moodnya menjadi menurun. Menyebalkan sekali dengan kedatangan Alex kesini dan Kirana pergi begitu saja tak ingin menatap pacarnya itu.

Alex mengejar Kirana namun langkah Kirana begitu cepat. "Sayang kamu ngapain sih pegang-pegang dia, kamu itu punya aku. Byy, byy jangan pergi ninggalin aku. Byy aku kangen, byy aku nggak bisa hidup tanpa liat kamu. Byy aku mau pindah sekolah kesini, kamu setuju kan? BYYY!!" Alex terus berteriak namun tak mendapatkan balasan dari Kirana. Kirana sudah menghilang dari pandangan Alex karena tertelan jarak.

"Anj lo!" maki Alex ketika sudah berhadapan dengan Tulus, Alsaki dan Albiru. Tulus dan Alsaki menatap tanda permusuhan dengan Alex. Berbeda dengan Albiru yang masih berusaha mengontrol emosinya yang masih di ubun-ubun kepala, dalam diam Albiru menghitung mundur sepuluh sampai satu agar denyut nadinya menurun dan kemarahannya akan mereda.

"Apaan sih lo? Urusan kita udah selesai, nggak ada hubungan lagi kita shay. Ngapain lo ke sekolah gue, jangan cari masalah deh. Jauh-jauh deh virus copit. Bismillah headshoot!" ujar Alsaki asal.

Tulus menahan tubuh Alex yang tengah tersulut emosi, hendak maju kearah Albiru yang tampak terdiam terduduk di tengah-tengah lapangan.

"Kalem Ae Mas." ledek Tulus. Tulus juga tak ingin Alex menganggu Albiru yang tengah berusaha mengatur emosi. Albiru bisa saja membunuh Alex di tempat kalau Alex memancing kemarahan Albiru lagi saat ini, Tulus juga tak ingin Albiru terkena masalah di sekolah.

"Sialan lo pada, lo lupa hah janji 15 juta belum lo tranferin bego!" maki Alex seraya menghunuskan tatapan emosi pada Alsaki dan Tulus. Benar, kedatangan Alex kesini karena hal itu.

Urusan tentang Kirana mungkin nanti bisa dibicarakan saja dengan Kirana, Alex juga tak ingin berkelahi di sekolah orang bahkan Alex tadi begitu susah payah untuk bisa masuk ke SMA Hartahta yang penjaganya begitu ketat. Alex sempat diambang kematian ketika memanjat tebing tinggi yang dimiliki sekolah elit ini.

Tulus mengerutkan dahinya. Dia menatap Alsaki dengan sorot bertanya, "Lah kok belum? Tugas loh noh, nggak lo tranferin?"

Selaku pemegang kartu blackcard milik Albiru yang kedua belas, Alsaki hanya bisa melayangkan tatapan memelas kearah Albiru yang tampak diam tak peduli disana, kedua cowok itu sedikit berjarak. "Ampun suhu, gue nggak bisa tekan 15 juta buat si kong-kong suhu terlalu berat—"

"Biar gue aja!" sembur Tulus langsung.

"DIAM! Tabok nih, Gue belum selesai ngomong sama suhu!" Alsaki menatap Albiru yang sudah memberi respon namun hanya sekedar memutar bola mata malas melihat tingkah Alsaki lagi.

Alsaki ketakutan, takut Albiru akan marah bahkan ketika Alsaki mengacungkan pic bentuk V kearah Albiru, tangannya reflek bergetar.

"Duarius suhu, nggak tega gue sama 15 juta jatuh ke tangan virus copit. Sakit nanti duitnya suhu, gue nggak tega pokoknya padahal bisa beli seblak segerobak buat gue!" keluh Alsaki merengek.

"Anj banyak drama lo pada!" Merasa saat ini merupakan peluang, Alex tanpa diprediksi oleh Tulus dan Alsaki datang menuju Albiru untuk menerjang pukulan di rahang Albiru. Sebuah pukulan karena sudah berani sekali mendekati pacarnya. 

Dug! Pukulan itu sukses membuat sudut bibir Albiru mengeluarkan darah lantaran Albiru juga tak sempat menghindar dari pukulan Alex.

Wajah cowok itu tertoleh kesampingnya, rambut gondrongnya sudah menutupi mata. Kekacauan itu berada di tengah-tengah lapangan, membuat semua yang menyaksikan terpekik. Mereka menatap Albiru dengan kasian, tak tega dan berbagai tatapan lainnya.

"AAARGGHH, GUE NGGAK MAU MATI. AARRGHH, GAK MAU MATI!" teriak Raka meledek sehingga menambah kehebohan di lapangan itu, Raka begitu puas melihat Albiru kesakitan mungkin sebagai bayaran juga atas luka yang diberikan Albiru pada bibirnya. Sejatinya cowok berkaca mata besar itu tak berani melawan Albiru.

"DIEMIN AJA NTAR JUGA MATI" sambung Raka lagi dengan sangat berani. Siswa-siswi lain memberikan sorakan untuk Raka.

Tulus dan Alsaki serentak berteriak, meleraikan perkelahian. "WOII BERHENT—"

Dug!

Siswa-siswi disana sontak terpekik dan berteriak ketika melihat seorang gadis menjadikan dirinya sebagai temeng atas pukulan Alex yang hendak dilayangkan lagi pada Albiru yang hanya diam tak melawan.

Sesosok gadis itu langsung terjatuh ke lantai dengan kondisi tak sadarkan diri. Pukulan keras Alex berhasil mengenai bagian dada gadis itu.

Titt Titt Titt.

Gelang yang bertengger manis di pergelangan tangan gadis itu yang berbentuk seperti jam berbunyi layaknya alat monitor.

Itu Bella. Bella menjadikan tubuhnya untuk melindungi Albiru dari pukulan.

Albiru mendesis semakin marah ketika tangannya memegang sudut bibirnya yang tersobek, terdapat bercak cairan merah di punggung tangannya. "Gue benci darah!"

Karena darah tak bisa membuat dia mati

Albiru pergi begitu saja meninggalkan lokasi tanpa diketahui orang-orang. Tak tinggal diam, begitu juga yang dilakukan oleh Alex. Alex juga meninggalkan TKP. Siswa-siswi yang berada di lapangan sudah mengerumuni Bella yang pingsan.

Jendra yang memang mengajak Bella ke lapangan, sudah berada di sisi tubuh Bella dengan panik begitupun juga dengan Alsaki dan Tulus.

Dalam hati Jendra memaki diri sendiri, dia merasa terlambat sekali tak bisa mencegah Bella yang berlari kearah Albiru. Berkali-kali Jendra dan kedua sahabatnya yang lain terus berusaha membangunkan Bella yang tak sadarkan diri.

Tepat di detik yang sama guru olahraga pun datang ke lapangan.

"HEII KALIAN, ANAK DURJANA!"

"GAWATTT!" Tulus terpekik keras ketika melihat Pak Yanto – guru olahraga itu tengah berlari kearah mereka.

ALBIRU

Dikit-dikit dulu ya biar kalian ga bosen😁

Tim baca #On going atau #Udah Tamat?

#SadEnd atau #HappyEnd?

Kalian udah vote belum di semua bab yang udah ak publish? Vote dulu yuk, dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak di sini juga. Cukup hati aja yang kosong tanpa doi, kolom komentar jangan🙏🏻

Terima kasih

ALBIRU | MY HUSBAND IS CLASS PRESIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang