BAB 14. STRATEGI KIRANA

367 135 17
                                    

Yeay akhirnya bisa update :)
Maaf, ya lama :(

Vote komennya dungs supaya aku semangat ^.^

Siap untuk mengisi semua paragraf dengan komentar?

Btw, ada gak ya yang nungguin cerita ini update?😭

Baca setelah berbuka, ya🤗

ALBIRU





Malam ini club sangat ramai. Para cowok tampan itu mengedarkan matanya di tengah keramaian para pengunjung club. Semua orang begitu riuh sambil berjoget-joget meliukkan tubuh mereka ke kiri dan kanan. Kerlap-kerlip lampu yang menerangi semakin menambah kesan meriah.

Jendra, Alsaki dan Tulus sudah menempati ruang VIP yang begitu nyaman dan tentu sangat mahal. Ketiga cowok itu hanya menikmati suasana saja tanpa mencicipi minuman haram itu bahkan ketiganya dengan kompak membawa kardus berisikan aqua untuk minum, bersama gorengan sekaligus menjernihkan pikiran yang terlalu disita oleh keadaan Albiru saat ini.

Alsaki menjatuhkan tubuh lelahnya pada sandaran sofa dan menghela napas cukup panjang. "Gue masih nggak nyangka bakal dia yang mati, memang si umur orang kita nggak tau. Iya nggak gimana-gimana cuma kayak kasian banget umur masih muda tapi udah nggak bisa nikmati lagi masa muda." ujar Alsaki sembari mengambil aqua baru, menusuknya dengan pipet dan menyeruputnya dengan santai kemudian menatap Jendra dan Tulus secara bergantian.

"Takdir," timpal Jendra tanpa menatap Alsaki.

Cowok itu sejak tadi hanya terfokus pada ponsel yang berada di genggamannya. Entahlah, dia sudah mulai bosan.

Tulus manggut-manggut menyetujui ucapan sahabatnya. "Hooh gue juga masih nggak percaya. Dia Raka, cowok yang sempat baku hantam sama suhu kita udah pergi selama-lamanya. Gue bukan teman dia sih, cuma ngerasa juga kehilangan. Gue nggak tega liat orangtuanya nangis-nangis waktu kita mampir kamaren. Nggak bisa gue liat begituan, lemah gue kalau bersangkutan dengan namanya orangtua," tambah Tulus seraya menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa dengan kedua kaki yang diangkat ke atas meja yang dipenuhi botol-botol wiski yang tak sama sekali mereka sentuh.

"Kematian memang gak bisa kita prediksi kapan datang, yang penting si siapin amal aja menghadap Tuhan dan jangan mati sebelum dijemput," ujar Alsaki menambahkan lagi dengan menatap lurus kedepan.

"Gue jadi kepikiran gimana keadaan suhu sekarang. Pakek ngilang segala lagi, gue udah susah kalau beginian. Gimana nanti bokap dia nyariin, gue harus ngomong apa coba."

Alsaki menatap ponsel yang berada di genggamannya, mengscroll asal aplikasi WA itu dan berkali-kali mengecek room chatnya dengan Albiru yang tak juga memberi balasan bahkan WA Albiru hanya centang satu.

Tak hanya itu Alsaki juga sudah menelpon Albiru namun ponsel Albiru dinyatakan tidak aktif. Sebenarnya kemana Albiru? Kenapa Albiru hilang seperti ditelan bumi.

"Lo kenapa liatin gue terus? Jaga jarak jangan terlalu dekat nanti sayang." Alsaki menghunuskan tatapan penuh kecurigaan pada Jendra yang ternyata sejak tadi menatap kearahnya dengan sorot wajah datar begitu juga dengan Tulus menatap kearah Jendra juga lantaran penasaran dengan jawaban Jendra.

Jendra hanya merotasikan bola matanya malas lalu membuang muka kearah ponselnya kembali tanpa menjawab ucapan Alsaki.

"Hubungan kita seperti waqaf kafi, yang berhenti akan lebih baik daripada dilanjutkan. Astagfirullah," sambung Alsaki asal.

ALBIRU | MY HUSBAND IS CLASS PRESIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang