BAB 04. HUKUMAN

591 194 26
                                    

Yeay akhirnya bisa update :)
Vote komennya dungs supaya aku semangat ^.^

Siap untuk mengisi semua paragraf dengan komentar?🙂


*****

Dengan bahu terguncang hebat, Bella masih berusaha menyemangati dirinya. Bella menegadah ke atas langit, menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi pipi. Bibirnya bergetar parah, "Badut nggak boleh nangis, badut harus kuat. Jangan pantang menyerah, hukuman gini mah kecil."

Percuma, bulir bening itu jatuh mengenai pipinya. Buru-buru, Bella mengusap kasar air mata yang tertinggal di pipinya itu. Alhasil membuat ember di tangan Bella terduduk keras di lantai akibat Bella tak menggenggam dengan kedua tangan.

Ukuran ember itu cukup berat dibandingnya dengan porsi tubuh Bella yang tergolong munggil. Nyatanya untuk mengangkat ember itu diperlukan dua orang atau tiga orang untuk menahan beban air di dalamnya.

Bella menatap nanar kearah kamar mandi yang menjadi tujuannya saat ini. Kedua telapak tangannya yang memerah terkepal kuat di sisi tubuh Bella. Bella juga menelaah ke seluruh area sekitar, orang-orang tak memperdulikannya.

Para siswa-siswi itu asik dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang tengah menikmati jam istirahat dengan bermain dan mengisi perut mereka yang kosong. Hal itu membuat Bella merasa iri, seharusnya saat ini Bella seperti itu juga namun Bella tak bisa karena banyak hukuman yang harus Bella selesaikan lebih dulu.

"Dikit lagi sampe, sabar ... harus bisa. Gampang banget, kuat harus kuat!" kata Bella dengan semangat yang membara hebat. Menarik napas panjang, mengeluarkan seluruh tenaganya Bella membungkukkan tubuh untuk meraih ember itu lagi.

Bella menggenggam erat-erat sisi samping ember itu agar air dalam ember itu tak tumpah. Sia-sia jikalau air yang susah payah Bella ambil di kran musholla harus mencurah ke tanah. Sungguh, jarak kran dan kamar mandi itu sangat jauh.

"Hiks capek banget!" Bella mengeluh lesu.

"Sa-kithh." Bella menahan rasa sakit yang mendadak timbul di dadanya. Jauh dalam diri Bella sendiri padahal Bella tak boleh terlalu kelelahan karena itu akan membahayakan Bella yang memiliki fisik yang lemah sejak lahir.

"Gak ada yang mau nolongin Bella! Apa Bella setan sampe orang-orang gak liat Bella lagi kesusahan apa," Bella bergumam lirih. Meminta pertolongan pun sengan, Bella takut justru yang didapatkan bukan bantuan melainkan semprotan makian yang menyakiti hatinya.

Masih berjalan pelan-pelan dengan langkah yang tertatih. Bella memilih meluruskan pandangan kedepan daripada melihat sekelilingnya.

"Kecewa banget emang kalau berharap sama manusia. Fiks, Bella harus bisa sendiri. Kan udah terbiasa mandiri."

Sejenak Bella menghentikan langkahnya untuk sekadar menarik napasnya yang tersenggah-senggal sesak kemudian Bella melanjutkan kembali langkah kaki itu seraya menahan rasa sakit di dada yang kian menyiksa, sesekali Bella memejamkan matanya.

Titt Titt Titt.

Gelang yang bertengger manis di pergelangan tangan Bella berbentuk seperti jam berbunyi layaknya alat monitor.

Dug! Bella baru saja menabrak seseorang, spontan Bella langsung membuka kelopak mata. Bella menatap punggung bidang seorang cowok yang terdiam tak berkutik di tempat. Ketar-ketir Bella melihat itu, apalagi ketika sorot mata Bella mendapati pakaian cowok itu basah dengan keadaan ember yang sudah terjatuh mengenaskan di tanah.

Tadi, air ember itu muncrat kemana-mana alhasil Bella terkena juga terutama permukaan wajah Bella yang basah kuyup. Saking terkejutnya ketika cowok itu sudah memutar tubuh kearahnya, Bella spontan termundur beberapa langkah. Itu Albiru.

ALBIRU | MY HUSBAND IS CLASS PRESIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang