Jeno si pengangguran tampan tiba-tiba kedatangan tokoh favoritnya dari drama kolosal yang dia tonton semalam. Tokoh itu adalah Na Jaemin, seorang Putra Mahkota yang memiliki paras seindah sinar rembulan.
- Nomin
- Markmin
- Markhyuck
...
Langsung baca aja yukss~! Jangan lupa vote komen yaa^^
2800 words biar kalian puas bacanya, maaf juga jarang update :')
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
((___MOONLIGHT___)) -CheonsAegi-
Jam menunjukkan pukul 3 pagi dan Mark masih terjaga. Jeno sudah ia letakkan di atas kasur dengan kompresan di keningnya. Tubuh pria itu mengalami demam tinggi setelah mengingat hal yang seharusnya tidak ia ingat.
Mark menyimpulkan Jeno berusaha keras mengingat siapa orang yang terus terbayang-bayang olehnya. Terlebih barang yang pernah Jaemin berikan untuk Jeno tidak hilang seperti belati ukir dan pakaian yang pernah Jaemin pakai selama di sini. Mungkin itu yang membuat Jeno ingat sedikit kenangan yang pernah terjadi.
Di dalam lemari, Mark lihat banyak sekali hanbok yang pernah Jaemin gunakan di zaman ini. Tapi satu hal yang Mark sadari, barang yang hilang hanyalah pakaian Jaemin ketika pertama kali datang, yaitu hanbok merah marun dengan tusuk rambut emasnya. Kemungkinan baju itu pula yang Jaemin gunakan ketika ia pulang ke zamannya.
Mark mengambil belati yang Jeno simpan di dalam laci lalu membuka penutupnya. Tiba-tiba sebuah bayangan datang di dalam kepala Mark. Ya, itu adalah ingatan masa lalu di kehidupan sebelumnya.
"Benda ini... akulah yang menemani Jaemin untuk membelinya." gumam Mark saat ia ingat kejadian itu. Masih terlihat jelas di dalam mata pisau ukiran nama Lee Jeno yang Jaemin pinta.
Saat sedang fokus memperhatikan belati tersebut, Mark mendengar Jeno bergumam dalam tidurnya.
"...J-Jaem-min.. Jaemin-ah.."
Mata Mark membulat saat nama itulah yang Jeno sebut dalam tidur. Apa dia sudah ingat tentang Jaemin atau saat ini Jeno sedang bertemu Jaemin di Joseon?
Tubuh Jeno terlihat bergetar, Mark pun hanya berusaha membuatnya lebih hangat dengan menambahkan lapisan selimut.
"..Jaemin-ah.. hikss.. jangan pergi.." nama itu kembali disebut dan kini air matanya keluar dari mata yang tertutup.
"Jeno tenang.." bisik Mark dengan lembut di samping telinganya.
"Semua akan baik-baik saja Jeno.." bisik Mark lagi sambil mengusap pelan punggung tangan Jeno.
"Jangan khawatir, jangan takut. Kau tidak sendirian di sini, biarkan dia pergi. Kau akan bertemu dengannya lagi jika waktunya tiba, tenanglah.."
Setelah Mark membisikkan kata-kata itu berulang kali, Jeno pun mulai terlihat tenang dan kembali tertidur hingga pagi tiba.
Mata sipit yang terlihat sedikit bengkak itu mulai terbuka saat kesadarannya terkumpul. Ia mencoba untuk duduk bersandar di kepala ranjang sambil mengingat apa yang terjadi dengan dirinya. Tak lama seseorang masuk ke dalam kamar, itu cukup membuat Jeno terkejut karena yang ia tahu ia tinggal sendiri.