Jeno si pengangguran tampan tiba-tiba kedatangan tokoh favoritnya dari drama kolosal yang dia tonton semalam. Tokoh itu adalah Na Jaemin, seorang Putra Mahkota yang memiliki paras seindah sinar rembulan.
- Nomin
- Markmin
- Markhyuck
...
Setelah membeli baju, Jeno dan Jaemin memutuskan untuk pulang. Langit pun mulai gelap dan tak lama lagi waktu makan malam.
"Jeoha, aku ingin ke toilet sebentar. Tunggulah di sini, oke?"
"To-Toi-- apa itu?"
"Itu..hmm.. kamar mandi. Ah tapi bukan untuk mandi. Yaa.. pokoknya yang untuk buang air kecil."
"Ohh.. ya ya, baiklah."
Lalu Jaemin berdiri di depan lorong toilet sambil menenteng tas belanjaan. Dia melihat orang lalu lalang dengan wajah penasaran seperti meneliti. Matanya tak bisa diam, dia akan terus mengitar untuk mengetahui hal baru. Sampai mata itu tertarik dengan satu hal.
"Indah sekali." gumamnya penuh puja saat melihat sebuah cincin giok berwarna hijau dengan lapisan emas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ada yang bisa di bantu, Tuan?" tegur sang pemilik toko yang membuat Jaemin terkejut.
"Oh.. uhm itu boleh dicoba?"
"Tentu saja, Tuan." lalu mengeluarkan cincin giok tersebut dari dalam etalase.
Jaemin memakainya ke jari manis dan terlihat sangatlah cantik. Jarinya begitu lembut dan lentik bagaikan jari seorang wanita.
"Jeo--" panggil Jeno tertahan karena dia tidak mungkin memanggil Jaemin dengan embel-embel 'Jeoha' di depan pemilik toko.
"Jeoha! Apa yang kau lakukan?" bisik Jeno agar hanya Jaemin yang mendengar.
"Jeno, lihatlah. Bukankah ini cantik?"
Jeno tidak bodoh, dia tau perhiasan giok harganya bukan main. Mana ada uang dia untuk membelinya?
"Jangan main-main, Jeoha. Ini harganya sangat mahal." lalu Jeno melepas cincin itu dari Jaemin hingga membuat empunya kecewa.
"Hehee~ Maaf ya Paman, teman saya memang suka penasaran. Permisi." lalu buru-buru menyeret Jaemin setelah mengembalikan cincin itu pada si penjual. Masa bodo dengan wajah penjual yang menatap Jeno sinis karena tidak jadi membeli.
Selama di bus, Jaemin hanya menunduk lesu sambil memainkan jarinya.
"Jeno."
"Hm?"
"Ternyata tidak enak ya rasanya tidak punya uang."
Setelah mendengar keluhan Jaemin, Jeno tersenyum tipis. Tentu hal ini tidak biasa bagi Jaemin karena sejak lahir semua yang dia inginkan pasti terpenuhi.