9/

54 7 0
                                    

Derap langkah laki-laki dengan seragam khas itu terdengar,matanya menelisik segala arah,tidak tau apa yg sedang ia cari.

Langkahnya terhenti didepan beberapa siswi disana,

"Permisi,kalian tau Mila dimana?"tanya Vano,siswi-siswi yg ditanyai itu melongo tak percaya,hey ayolah sekarang laki-laki tertampan di SMA ini sedang menyapa mereka,ini sangat membanggakan,kata mereka.

"I-itu,tadi kearah toilet siswi bareng kak Tita"jawab salah satu dari mereka,Vano mengangguk.

"Makasi"laki-laki itu tau cara bersopan santun yg baik,bukan?

Tanpa banyak pertimbangan,kaki berbalut sepatu berwarna hitam itu berjalan menuju toilet siswi.

Saat toilet siswi sudah berada didepan matanya,tanpa banyak keraguan Vano membuka pintu itu,dan mendapati Mila dan Tita disana.

Suara wastafel yg tadinya terdengar kini sudah tidak ada lagi,Mila bisa melihat dari cermin besar dihadapannya bahwa Vano sedang berdiri dibelakangnya,sedangkan Tita belum menyadari akan hal itu.

Mila menoel bahu Tita membuat gadis itu mengalihkan atensinya.

"Anjir,apaan sih?liat noh gue jadi kalah main game"Tita berdecak kesal,

Mila berbalik untuk menghadap Vano,Tita pun begitu,dan gadis itu sudah dibuat jengkel hanya karna melihat wajah Vano saja.

"Mau ngapain lo?"tanya Tita tak santai,sedangkan Vano hanya diam saja.

"Gue ada urusan sama Mila"jawab Vano,Tita menggeleng kuat.

"Gak boleh!"jawab Tita tegas,Vano tak peduli dia menarik pergelangan tangan Mila pelan,dan membawa Mila keluar dari sana.

Mila memberikan isyarat agar Tita tak mengkhawatirkannya,Tita pun hanya bisa memandangi Mila dengan pasrah sekaligus tatapan kasihan pada sahabatnya itu.

Cinta memang membutakan segalanya.

-

"Kita mau kemana Van?"tanya Mila,Vano menoleh dan memberikan senyuman.

"Kerumah"jawab Vano,Mila mengerti benar rumah yg dimaksud oleh Vano,dia juga bisa menebak yg akan terjadi selanjutnya.

-

"Liat apa yg udah gue siapin buat lo"Vano membuka pintu kayu dihadapannya dan setelahnya nampaklah ruangan yg sudah diisi dengan banyak perlatan untuk melukis,Mila menatap kedalam takjub.

"I-ini-"Mila tak bisa berkata-kata.

"Ya ini buat lo,gue siapin khusus buat lo,gimana suka kan?"Vano menyelipkan pertanyaan diakhir kalimatnya,Mila mengangguk antusias.

"He'em suka banget"jawab Mila,gadis itu memeluk Vano erat,sebagai bentuk terimakasihnya kepada Vano,inilah yg membuatnya semakin mencintai Vano,laki-laki ini mengerti dirinya,itu Mila yg berkata.

Mila menarik dirinya untuk menyudahi pelukan diantara mereka,Vano menatapnya dalam.

"Hanya pelukan?"tanya Vano,Mila mengangguk.

Namun tanpa persetujuan Vano menarik tengkuk Mila dan menyatukan bibir mereka,Vano terpejam untuk merasakan,begitupun dengan Mila.

Perlahan tangan yg menumpu didada itu mulai menggantung dileher,Vano membawa Mila untuk masuk kedalam ruangan yg berisikan banyak peralatan melukis itu,tanpa melepas tautan diantara mereka.

Vano mengangkat tubuh Mila dengan mudah,keatas meja marmer yg ada disana,Vano menghentikan tautan mereka,dan keduanya terengah karna ciuman tadi.

Vano tersenyum,sedangkan Mila sudah bersemu sejak tadi,gadis itu menunduk.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang