Manik mata milik gadis dengan balutan overall jumpsuit itu perlahan mengerjap,dia mencoba untuk berdaptasi dengan langit-langit kamar yg nampak asing baginya.
Dilihatnya setiap sudut ruangan tempatnya saat ini,semuanya benar-benar asing,bahkan aroma pengharum ruangannya saja sudah berbeda,dikamarnya tercium aroma coffe sedangkan disini wangi semerbak jeruk,sungguh Mila membenci aroma ini.
Mila mencapai posisi terduduk,tak jauh dari ranjang ia bisa melihat dua koper besar yg ia bawa tadi.
-
Gadis itu berdiri dan melihat sekeliling,matanya menangkap sesuatu yg menarik dirinya untuk mendekat.
Matanya membulat sempurna.
Namun keterkejutannya itu berakhir karna suara pintu kamar yg terbuka,dirinya terkesiap ditempat.
Dilihatnya laki-laki itu dari ujung rambut hingga ujung kaki,lidahnya kelu hanya untuk berucap saja.
"Jangan khawatir,kamu sedang berada diapartemen milik saya"ujar laki-laki dengan kaos polos mencetak tubuh itu.
Dia tersenyum lembut,namun Mila rasa guru muda itu memang selalu memberikan senyuman,hanya itu reaksi yg sering Emila lihat.
"Ayo duduk"pak Hendra dengan sedikit lancang meraih bahu Mila dia mengajak Mila untuk duduk disofa yg ada diruang kamarnya itu,untung saja Mila tidak marah akan aksi pak Hendra yg memegang bahunya.
Mila menyadari satu hal,pak Hendra membawa sebuah nampan berisi susu sepertinya itu rasa stroberi,juga semangkuk bubur.
"Syukurlah kamu sudah siuman,saya khawatir saat melihat kamu pingsan tergeletak dipinggir jalan dengan dua buah koper besar,memangnya ada apa?"tutur Pak Hendra.
Mila hanya diam bungkam,jujur saja dia sedang tidak ingin membahas hal itu.
"Ah-baiklah kalau kamu tidak ingin berbagi cerita"
"Ayo,sekarang makan bubur yg sudah saya buatkan untuk kamu,tidak lupa dengan susu untuk ibu hamilnya"pak Hendra menerbitkan senyumnya dan mempersilahkan.
Gadis itu menurunkan egonya,dia meraih mangkuk yg berisi bubur itu,jujur saja dia memang lapar,sangat bodoh jika dia menolak pak Hendra sekarang.
Hendra hanya memandangi Mila dalam diam,hatinya terasa menyejuk untuk kesekian kalinya.
Mila yg merasa diperhatikan itupun berdehem,dia menatap tak suka kearah pak Hendra.
"Saya bukan hidangan yg akan anda pandangi sampai puas,jauhi pandangan anda dari saya,kalau anda masih ingin melihat susu di dalam gelas itu utuh"Mila menekankan kalimatnya.
Hendra menuruti perintah Emila,tidak ada bantahan atau protes darinya.
-
Setelah bubur dan susu itu tandas Mila menyandarkan setengah tubuhnya disofa,lega sekali rasanya karna sudah mengisi perut.
Dia menyadari bahwa masih ada pak Hendra disampingnya,dengan segera dirinya kembali menegakkan tubuh.
Dia berdiri dan berjalan untuk mengambil dua koper besar disamping sofa,Hendra yg melihat aksi itu ikut berdiri.
"Ingin kemana?"tanya-nya.
"Pergi dari sini,terimakasih untuk kebaikan yg sudah anda berikan,saya harus kembali"jawab Mila nampak cuek.
"Emila saya tahu kamu pasti diusir dari rumah bukan?jika tidak seperti itu bagaimana bisa kamu berjalan diatas trotoar dengan dua buah koper besar,dengarkan saya,jangan pergi!"pak Hendra mencoba meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionKang plagiat harap menjauh! - Obsesi yg perlahan mengubah takdir,hingga terjebak dalam hubungan toxic yg rumit. Hingga hubungan toxic itu juga yg memunculkan rentetan masalah,hingga teror pembunuhan yg entah siapa pelakunya. Kisah ini berubah menjad...