29/

19 2 1
                                    

Kaki berbalut snekers itu mengetuk-ngetuk kakinya diatas rumput hijau yg kini ia pijaki.Pria itu membunuh kebosanannya dengan bersenandung kecil.

Suara yg ia kenali itu membuatnya menoleh hingga terbit senyum dari bibirnya.

"Udah ketoiletnya?"pria itu membuka suara untuk bertanya,Mila mengangguk sebagai jawaban.

"Tadi aku lihat toko roti,ternyata ada waffle dan aku langsung beli"gadis itu berujar dan berjalan untuk duduk dibangku taman.

Vano tersenyum,ia mengikut gadis itu dan duduk disampingnya.

"Kamu masih suka waffle kan?"gadis itu membuka paperbag kecil yg ia bawa tadi,sedetik kemudian aroma waffle yg masih hangat membuat kedua insan itu tergiur.

Pria dengan balutan bomber jaket itu mengangguk sebagai jawaban.

"Nih,kamu cobain aku jamin rasanya enak"Mila berujar dan menyerahkan satu buah waffle berbentuk persegi kepada Vano.

"Boleh minta disuapin gak?"pria itu berujar pelan,Mila mengerutkan kening,kemudian setelahnya ia mengangguk dan tersenyum.

Pria itu membuka mulutnya dengan senang hati saat Mila mulai menyodorkan waffle didepan mulutnya.

"Mil?"pria itu membuka suara disela kunyahannya.

"Habisin dulu baru ngomong"Mila mengingatkan,Vano menurut dan langsung cepat-cepat menyelesaikan kunyahannya.

Mila mendesis dan tertawa kecil melihat tingkah Vano.

"Udah habis aaa"pria itu membuka mulutnya untuk memperlihatkan bahwa waffle yg tadi ia kunyah sudah tandas didalam mulutnya.

"Gue masih penasaran sama satu hal,gue kan gak pernah cerita kalau gue suka banget sama waffle,nah kok bisa lo tau gitu?"Vano berujar serius.

"Aku kan pengagum kamu selama 2 tahun lebih,jadi aku selalu cari tahu tentang kamu,mulai dari aroma parfum kesukaan kamu,makanan kesukaan dan apa hal yg gak kamu sukai"gadis itu menjawab tanpa ragu.

Vano mengangguk-anggukkan kepala mengerti.

"Sekarang masih jadi pengagum?"Vano bertanya.

Mila sedikit kikuk mendengar pertanyaan Vano yg ini.

"Dulu iya,tapi sekarang-"Mila menghentikan kalimatnya begitu saja.

Pria itu bisa mengerti,"gak perlu dilanjutin,gue ngerti kok"ia berujar dengan lembut.

Mila merasa tak enak,ia takut Vano akan tersinggung atau apa.

"Gue gak tersinggung kok Mil,tenang aja"pria itu menepuk bahu gadis dihadapannya itu,seakan ia bisa mengerti apa yg sedang Mila pikirkan.

"Gue emang brengsek banget,wajar aja lo udah gak jadi pengagum gue lagi dan gue sadar itu.Gue selalu ngerasa apa yg gue lakuin itu benar sekalipun orang-orang disekitar gue protes dan ngasih tau kalau itu gak bener,gue udah nyakitin lo berkali-kali entah itu secara fisik atau psikis.Dan karena kesalahan gue,Vio malah nanggung karma yg harusnya buat gue aja"

"Van"Mila berujar pelan,pria itu menggeleng dan kembali melanjutkan apa yg ingin ia keluarkan dari dalam hatinya.

"Sebenernya gue udah tau dari lama kalau lo suka sama gue sebelum lo terang-terangan nyatain perasaan kegue waktu itu.Gue nolak lo karena ngerasa lo bukan tipe gue,lo cantik Mil cantik banget,tapi gue gak ada pikiran untuk menjalin suatu hubungan sama lo saat itu,meskipun begitu gue selalu merhatiin lo dan cari tau tentang lo"

"Gue manfaatin obsesi lo kegue untuk kepuasaan gue sendiri,gue udah ngelakuin apa yg seharusnya gak gue lakuin,selama ini ketika gue sama cewek lain termasuk Syla,gue gak pernah mikirin tentang perasaan mereka,tapi entah kenapa ketika gue nyakitin lo gue jadi kepikiran ya meskipun gue tetep kasar"Vano mengambil nafas sejenak.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang