21/

37 4 0
                                    

Author tidak pernah bosan untuk meminta kesediaan readers untuk vote dan komen cerita ini.

.
.
.

Makan kabel dicocol sambel terasi,
Mana bisa.

.
.
.

Happy reading


"Pelan-pelan sayang,ayo saya bantu"Hendra memberikan tangan kekarnya sebagai tumpuan untuk wanita yg tengah hamil besar itu.

Mila tersenyum menanggapinya.Jujur saja sekarang ingin melakukan ini dan itu terasa sulit,ingin berdiri saja sudah mengeluarkan keringat apalagi melakukan kegiatan berlebih.

"Terimakasih ya dok,kami permisi"Mila berujar dengan sopan,sang dokter menganguk dengan senyuman.

"Mari"

-

"Sayang nanti mampir kesupermarket sebentar ya?saya ingin membeli minuman dingin"Mila melirik Hendra yg tengah sibuk dengan kemudinya.

"Bukankah dokter tidak memperbolehkan kamu minum-minuman seperti itu?baiknya minum-minuman yg sehat saja.Dalam minuman kemasan seperti itu banyak mengandung bahan-bahan kimia"ujar Hendra menasehati.

Mila mendengus kesal.

"Semua saja tidak boleh.Ingin makan ramen tidak boleh,makan nanas juga tidak boleh,sekarang malah tidak boleh minum-minuman kemasan.Huh sebal"Mila menggerutu dan memanyunkan bibirnya.

Hendra tertawa karenanya,ia pikir perilaku Mila sangat menggemaskan.

Satu tangan Hendra terulur untuk mencubit pipi Mila yg makin berisi itu dengan sangat gemas.

"Kamu ingin junior tampan kita terlahir pintar bukan?karena itu anak kita tidak boleh diberikan makanan yg sembarangan"ujar Hendra.

"Tapi kalau seperti ini menyiksa namanya"ujar Mila masih kesal.

"Baiklah,sebagai gantinya saya akan membuatkan sebuah ramen,setuju?"

"Lagipula kamu sudah tidak makan mie instan selama berbulan-bulan,jadi itu hadiahnya.Sekarang masih menginginkan minuman kemasan atau makan ramen bersama?"Hendra memberikan opsi.

"Makan ramen bersama!"Mila berujar dengan semangat 45.

Keduanya tertawa karena hal itu.

-

"Sus adik saya Vio dimana?kenapa dia tidak ada disini?"Vano bertanya pada suster yg tengah merapikan ranjang yg ditempati oleh Vio.

"Pasien atas nama Violet tadi berkata pada saya bahwa dia ingin berjalan-jalan ditaman rumah sakit ingin mencari udara segar"jawab suster itu menghentikan aktivitasnya.

"Loh kok suster gak nemenin?kalau adik saya kenapa-kenapa gimana?sustet kok gak becus gini sih!?"Vano berujar kesal.

"Maaf sekali,pasien ingin pergi sendiri.Saya sudah memaksa untuk menemani namun pasien tetap bersikeras untuk pergi sendiri"ujar suster itu dengan nada menyesal.

Vano mengeram kesal,lalu pergi dari ruangan itu dengan langkah cepat.

Vano merogoh saku ponselnya lalu memanggil salah satu nomor dikontaknya.

-

Iya Van kenapa?

Papa lagi dimana?

Dikantor,sebentar lagi pulang.

Papa kerumah sakit ya,Vio keluar dari kamarnya tanpa suster.Katanya mau ketaman cari angin,cuma Vano takut kala Vio pergi kabur karena gak mau dirawat.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang