Suara tangisan terdengar dari gadis dengan surai hitam pekat itu,sudah cukup lama ia menangis,menangisi apa?
Kebodohannya.
Ya dia melakukan hal yg sangat bodoh,dia dengan senang hati menerima syarat dari Vano,yaitu untuk berhubungan intim dia menerima dan melakukan itu dengan bahagia,karna dia mengira Vano melakukan hal itu karna ingin kembali pada dirinya,namun itu hanya angan semata.
"Sekali jalang,maka selamanya akan tetap jalang"
Sungguh kalimat dari Vano itu terus bertamasya dikepalanya,runtuh seketika pertahanan dan kekuatan yg selama ini dirinya punya,kepercayaan dirinya yg selama ini berdiri kokoh,telah runtuh begitu saja.
Dan hal bodoh lainnya adalah,dia tidak bisa menghapus cinta untuk Vano dihatinya,dia bahkan frustasi harus dengan apa ia melenyapkan rasa yg ia punya untuk Vano.
Sebenarnya perasaan apa yg ia miliki untuk Vano,perasaan cinta?tidak,tidak ada cinta yg seperti ini,segalanya terlalu rumit.
-
Mila mengusap air matanya yg masih tersisa dipipi,gadis itu menatap pria yg sejak tadi memperhatikannya itu,dia membiarkan Mila menangis sesuka hatinya.
"Sudah merasa lebih baik?"tanya-nya.
Mila mengangguk kecil.
"Terimakasih karna sudah mau mendengar dan membiarkan saya menangis"ujar Mila,pria itu hanya memberikan senyuman tipis.
"Kalau kamu ingin berbagi cerita dengan saya maka lakukan saja,saya siap untuk mendengarkan,jangan khawatir,saya sudah pakai no drob,jadi cerita kamu no bocor-bocor"Hendra berucap dengan sedikit candaan,Mila pun tersenyum mendengarnya.
"Apakah Vano menyakitimu lagi?sehingga kamu menangis seperti itu"Hendra menebak,dan tebakan itu tepat.
"Saya menghargai anda pak Hendra tapi saya belum bisa menceritakan hal yg lebih jauh kepada anda"ujar Mila terdengar sopan,tidak seperti sebelum-sebelumnya,dia berujar dengan angkuh dan benar-benar tidak menyukai pak Hendra.
"Kandungan kamu bagaimana?"tanya Hendra,itu bukan sekedar basa-basi yg sudah basi,namun itu tulus ia tanyakan.
Mila melihat perutnya yg masih rata,dia tersenyum.
"Sangat baik,hanya saja saya merasa kasihan dengan dia,dirinya tidak memiliki salah apapun namun saya malah menghukumnya dengan menghadirkan dia dengan cara yg salah"tutur Mila mengelus perutnya yg masih rata dengan sendu,Hendra bisa merasakan kesedihan dalam kalimat itu.
Dia mendekat dan duduk disamping gadis yg berstatus muridnya itu,dia menepuk pelan bahu Mila.
"Saya siap mendukung kamu,jangan pernah merasa sendiri"sangat tulus,mungkin Mila bisa merasakan itu atau tidak sama sekali,karena hatinya ditutupi oleh cintanya untuk Vano,seakan yg lain hanya bergurau saja,hanya Vano yg di anggap memiliki kesungguhan terhadapnya.
"Dan jagalah dia dengan sepenuh hati,jangan pernah berpikir untuk menyingkirkan darah daging kamu sendiri,saya benar-benar berharap agar kamu tidak pernah memiliki perasaan seperti itu"imbuh Hendra,Mila mengangguk.
Jujur pandangannya terhadap pak Hendra sedikit salah,dia mengira pak Hendra adalah orang yg suka turut campur dalam masalah orang lain,namun jika dilihat pak Hendra tidak seperti itu,buktinya dia tidak memaksa Mila untuk bercerita yg lebih,bukan?
-
"Hari semakin petang,ayo saya antarkan kamu pulang"ujar Hendra membuat atensi Mila berubah,gadis itu menggeleng.
"Saya pulang menggunakan taxi saja,itu terlalu merepotkan"Mila menjawab tak enak.
Hendra mengangguk.
"Baik saya akan menemani kamu untuk menunggu taxi,ayo takutnya nanti taxi akan jarang ditemukan karena sudah semakin gelap"ujar Hendra,Mila menurutinya dan berdiri,melangkah beriringan dengan pria yg berstatus sebagai gurunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionKang plagiat harap menjauh! - Obsesi yg perlahan mengubah takdir,hingga terjebak dalam hubungan toxic yg rumit. Hingga hubungan toxic itu juga yg memunculkan rentetan masalah,hingga teror pembunuhan yg entah siapa pelakunya. Kisah ini berubah menjad...