37/

18 0 0
                                    

Huhu sedikit sedih karena toxic sebentar lagi bakal tamat,udah hampir dua tahun ya cerita ini apa readers ga sedih bakal pisah sama Mila,Vano,pak Hendra dkk?

Tapi tenang,author bakal kasi ending terepik buat readers,dan kalian ngak bakal pernah lupa sama cerita ini,itu harapan saya sih wkwk.

Yaudah ya,

Happy reading.

.
.
.

Malam yg indah seperti biasanya,Emila nampak sibuk memperhatikan penampilannya didepan cermin.

Hendra datang dengan menggendong Fari yg sudah sangat tampan dengan setelan jas miliknya,manis sekali.

"Kamu mau bercermin sampai pagi lagi?kamu sudah berdiri 15 menit lebih didepan cermin itu"Hendra berujar menatap istrinya dengan gelengan.

"Ihh sayang saya merasa kalau penampilan saya kurang bagus,menurutmu bagaimana?" Wanita itu merotasikan tubuhnya menghadap suaminya.

Hendra tertawa kecil dan memberikan gelengan kepala.

"Kamu sudah sangat sempurna sayang,tidak ada yg salah dengan penampilan mu,apapun yg kamu pakai akan tampak bagus " pria itu berujar dengan mengedipkan sebelah matanya.

Mila berdecak mendengarnya,ia tidak puas dengan jawaban suaminya itu.

"Mamih beauty" Dari ikut bergabung dalam obrolan itu.

Mila tersenyum dan berjalan mendekat kearah suami dan anaknya.

"Yakin mami sudah beauty?"tanya Mila memastikan kepada Fari,dan bocah itu mengangguk dengan antusias.

"Yaudah ayo jalan,kasian pak Tio pasti lama menunggu kita"ajak pria dengan setelan jas biru itu mengajak istrinya.

**

Mobil sedan milik Hendra melaju membelah jalanan kota jakarta,beruntungnya jalan raya malam ini tidak begitu padat jadi mereka tidak akan terjebak oleh yg namanya macet.

Didalam mobil suasana diisi oleh suara musik yg diputar oleh Emila,wanita itu ikut bernyanyi dengan penuh suka cita yg juga diikuti oleh Fari. Hendra melirik sekilas dan menyunggingkan senyum tipis,ibu dan anak memiliki selera musik yg sama.

Hari ini pak Tio mengajak untuk dinner bersama di kediamannya,hal itu beliau lakukan karena merindukan cucunya,Fari. Sekaligus untuk merayakan keberhasilan Vano meraih tender.

15 menit perjalanan akhirnya sedan milik Hendra sudah terparkir rapi di kediaman Dirgantara. Pria itu melepas sealtbet nya dan membantu istrinya juga.

Para penjaga membungkuk hormat menyambut kedatangan mereka,dan Fari yg tadinya tenang di gandengan mami dan papinya berlari riang kearah pintu utama karena disana ada Vano yg tengah berdiri sambil merentangkan kedua tangannya.

"Apa kabar baby boy?"Vano memeluk putranya dengan sangat erat,ia juga menciumi pipinya dengan sangat gemas.

"Fine dady,kalau dady sendili?"Fari berujar dan naik ke punggung ayahnya dengan riang.

Vano tertawa kecil,putranya ini manis sekali.
"Oh dady sangat baik,apalagi setelah bertemu dengan anak dady yg tampan ini"ucapnya sedikit menoleh kebelakang,karena Fari sudah bertengger manis di punggungnya.

Mila dan Hendra menyunggingkan senyum dan menyapa Vano.

"Apa kabar Mil,pak Hendra"Vano menjabat tangan Hendra dan melakukan tos.

"Kita baik,selamat ya Van untuk kemenangan kamu meraih tender itu"Mila yg menjawab,Vano mengangguk dengan senyuman.

"Ayo masuk dulu,kita ngobrol didalam biar enak"pria dengan balutan kemeja coklat dengan sentuhan garis garis itu mempersilahkan Emila dan Hendra untuk masuk.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang