38/

16 0 0
                                    

Hallo

Plis ya readers tersayang jangan skip skip ya,karena setiap capther sambung menyambung dan di tiap capther terselip jawaban dari pertanyaan kalian.

Oke

Happy reading

.
.
.





Mila menangis meraung-raung menatap jenazah suaminya yg dibawa oleh ambulans,ia terduduk menatap sisa genangan darah yg menjadi posisi suaminya tergeletak.

Hatinya terasa remuk,ia benar-benar kalut mendengar kabar dan melihat suaminya yg sudah tidak bernyawa.

Mila bergerak menyeret kakinya yg sudah tidak mampu ia gerakan lagi,dengan sekujur tubuh yg bergetar ia menyentuh genangan darah itu,ia mengangkat jemarinya ke udara.

Gadis itu berteriak keras dan menjambak rambutnya hingga acak-acakan. Polisi disana yg sudah sejak tadi melarang Emila mendekati TKP kembali memaksa wanita itu untuk keluar dari area yg diberikan police line, namun wanita itu berontak dan membentak polisi itu.

"Pergi kalian,biarin gue disini,pergi!"

Ia menatap nyalang satu persatu dari mereka,Mila menunjuk mereka satu persatu.

"Sayang apa yg kamu lakukan,ayo kita kembali kerumah,kita tunggu jenazah Hendra selesai di otopsi,ayo sayang"Irene yg juga sesegukan mencoba menenangkan putrinya,ia tidak kuasa melihat putrinya seperti ini.

"Tidak mi,Mila tidak mau meninggalkan suami Mila.Hendra tidak mati mi,dia disini,dia ingin memeluk aku mi"wanita itu berujar menunjuk kearah genangan darah disana,mendengar hal itu membuat Irene semakin sesegukan dan segera meraih bahu putrinya kemudian memeluknya dengan erat.

"Sudah sayang,cukup.Kita pulang,liat Fari nangis terus,ayo nak"ia menepuk bahu putrinya.

Mila tidak mengidahkan ucapan maminya,wanita itu hanya menatap hampa dengan air mata yg tidak henti-hentinya keluar dari pelupuk matanya.Dari kejauhan Andika menatap putrinya dengan sendu,dia mengeratkan pelukannya pada cucunya yg kini berada di gendongannya.

Fari tak henti menangis karena melihat maminya yg seperti itu,dia terus memanggil nama ibunya namun wanita itu seperti kehilangan jiwanya,ia tidak mengidahkan suara siapapun.

Suara jeep yg memasuki TKP membuat atensi beberapa orang teralihkan,termasuk Andika.Laskar berjalan mendekatinya dengan wajah yg sudah pucat pasi,

"Tuan,semua ini,bagaimana bisa terjadi?"Laskar bertanya dengan suara parau.

Andika menepuk bahunya dengan pelan,nampak sekali dari wajah pria tua itu bahwa ia juga sangat terpukul.

Suasana ditempat ini benar-benar kacau,suara tangisan dan sirine yg bersahut-sahutan ditambah bau anyir darah yg tercium menusuk kedalam hidung.

Mata Laskar tertuju pada seorang wanita yg tengah menangis meraung-raung dengan kondisi yg sangat acak-acakan.Melihat hal itu entah darimana datangnya,air mata pria itu jatuh menetes ikut merasakan pilu yg dirasakan oleh istri dari sepupunya itu.

Laskar menyeka air matanya kasar,dengan langkah mantap ia berjalan mendekat kearah Emila yg sedang terpuruk.Pria itu mensejajarkan tingginya dengan wanita itu,sebelum itu Laskar juga menepuk bahu Irene dan tersenyum mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja.

Pria itu juga mengisyaratkan agar Irene kembali kepada Andika saja dulu,biar Mila menjadi urusannya.Wanita paruh baya itu mengangguk setuju dan mulai berjalan menjauh.

"Emila,ini saya,Laskar"dengan lembut pria itu berujar.

Mendengar pria itu menyebut namanya membuat Mila berbalik dengan cepat,gadis itu nampak sangat sumringah,ia menegakkan tubuhnya.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang