Gadis itu,Emila pittaloka.
Dia menatap keluar jendela dengan perasaan tak karuan,pria yg pergi untuk mengantar absensi itu tak kunjung kembali,dia berkata bahwa dia akan pergi sebentar saja dan kembali,namun sekarang?bahkan acara sudah benar-benar selesai namun pria itu tak kunjung kembali.
Ponsel itu,entah sudah panggilan yg keberapa,namun tetap tak ada jawaban.
Ponselnya hidup namun tak diangkat,sebenarnya pria itu sedang dimana?
Sudah pukul 1 malam,bagaimana ia tidak khawatir?gadis itu hanya takut Hendra terkena masalah.
Gadis yg kini mengenakan short pants model riped dan atasan turtle neck tanpa lengan itu mengubah atensinya,kala sebuah suara knob pintu yg diputar masuk menyapa telinganya.
"Papi?"gadis itu berjalan mendekat.
"Ada apa,mengapa belum tidur?"Andika bertanya,gadis itu hampir lupa akan rutinitas papinya yg datang kekamarnya sebelum tidur untuk memastikan keadaan dirinya dan Fari.
"Tidak,hanya belum mengantuk"gadis itu menjawab dan memasang senyumnya.
Tak merespon,pria yg merupakan ayah dari Mila itu berjalan mendekat kearah ranjang.
Ia mendudukkan diri dibibir ranjang dan mengelus surai cucunya lembut,perlahan ia mengecupnya.Mila hanya menyaksikan rutunitas papinya itu.
"Ini karena Hendra?"pria paruh baya itu menyelipkan kalimat tanya disela tangannya yg sibuk mengelus surai Fari.
"Ma-maksud papi apa?"Mila terbata.
Andika berbalik,dan menatap putrinya itu.
"Papi tahu Hendra belum kembali sejak pergi berjam-jam yg lalu,kamu jangan terlalu berpikir negatif,mungkin dia lupa mengabari"
Pria paruh baya itu kini berdiri dan mendekat kearah putrinya."Hendra pria yg baik dan pintar menjaga diri,jangan khawatir"
Mila mengangguk,setelah pria paruh baya itu selesai mengusap lembut surai putrinya,ia keluar dan menutup pintu.
Gadis itu menghempaskan diri disofa besar yg ada didalam kamarnya itu,ia mengusap wajahnya kasar.
Detik berubah nama menjadi menit kemudian berganti lagi menjadi jam.
Tanpa disadari waktu begulir begitu cepat,malam semakin larut,menyisakan dingin yg terasa terus menembus ketulang.
-
Jam satu malam kini berubah nama,menjadi jam 5 dini hari.
Dentik jam yg terus berputar,suasana yg sunyi membuat suara dentingan itu terdengar begitu jelas.
"Oh my gosh"gadis yg familiar dipanggil Mila itu terbangun dari tidurnya dengan keringat yg terus bercucuran dari pelipisnya.
Sepertinya ia mengalami mimpi buruk,seburuk apa mimpi itu sampai dia terperanjat dari sofa?
Iya sofa,dia bahkan lupa untuk naik tidur diatas ranjang,mungkin karena merasa kelelahan ia mejadi tertidur disofa dan enggan untuk berpindah tempat.
Ia menyeka keringat yg tak henti bercucuran itu,nafasnya memburu dengan degupan abnormal didadanya.
Untuk detik berikutnya ia memejamkan mata,berharap dengan cara ini ia akan jauh lebih tenang.
"Mimpi buruk lagi"gumamnya lirih.
Ia berdiri setelah bisa menstabilkan dirinya,gadis itu berjalan kearah ranjang dan melihat bocah kecil yg tidur disana.
"Fari masih tidur,mimpi indah ya sayang?"gadis itu mengusap surai putranya lembut dan menciumi keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionKang plagiat harap menjauh! - Obsesi yg perlahan mengubah takdir,hingga terjebak dalam hubungan toxic yg rumit. Hingga hubungan toxic itu juga yg memunculkan rentetan masalah,hingga teror pembunuhan yg entah siapa pelakunya. Kisah ini berubah menjad...