Gengs dari capther ini kita bakal sampai di klimaks masalah di cerita ini,untuk ending?
Sad or happy?
Saya mau kasi sedikit plot twist mwehehe,tapi apakah kalian bisa ter plot twist?
.
.
.Happy reading♡.
-
Entah kenapa lidah keduanya sekarang serasa kelu hanya untuk berucap. Keduanya hanya menatap langit malam lewat balkon kamar,keduanya tak ada yg berani membuka suara,mereka bingung harus memulai pembicaraan dari mana.
Padahal kini keduanya sudah menikah,namun mengapa justru mereka malah makin canggung?
Hingga akhirnya Mila merasakan tangan besar dan hangat milik suaminya sudah memeluk pinggang rampingnya dengan erat,ia tertoleh ke kanan.
"Kamu dengar suara jantung saya yg berdetak abnormal?"tanya Hendra dengan suara beratnya.
Mila mengangguk ragu,meski ini bukan kali pertama Hendra merengkuhnya seperti ini,namun sensasinya berbeda saat sudah menikah.
"Saya masih terbayang saat ijab kabul tadi,dan saya masih tidak menyangka bahwa saya sudah menikah dengan kamu,orang yg paling saya cintai"bukan hanya berujar,Hendra bahkan sedikit mengecup bahu Emila yg terekspos dengan sangat lembut.
Mila menggigit bibir bawahnya,ia bingung harus menjawab seperti apa. Ia membenci momen canggung seperti ini,kenapa pada saat seperti ini otaknya kesusahan untuk menguntai kalimat?
"Sudah jangan terlalu bersusah payah merangkai kata"Hendra kembali berujar seolah mengerti kesusahan yg tengah dialami oleh istrinya itu.
Pria dengan balutan kemeja polos itu membalikkan tubuh istri nya hingga keduanya menjadi saling berhadapan. Emila menatap kedalam manik teduh milik suaminya,dan segurat senyuman terbit dari bibirnya.
"Kenapa tidak menikah dari dulu ya?"Mila berujar masih menatap mata Hendra,pria itu mendesis dan menarik istrinya dengan lembut kedalam dekapannya.
-
"Tahanan nomor 460 sudah tidak bisa diselamatkan lagi,racun yg masuk ketubuhnya sudah terlanjur menyebar dan melemahkan saraf-saraf yg ada. Kita hanya bisa berdoa keajaiban dari tuhan,karena sudah sangat mustahil untuk bisa menyelamatkan nyawanya" suara tim medis itu membuat suasana sel tahanan menjadi sesak seketika.
"P-pak,saya bukan keracunan,tapi saya di ra-racu-n. Orangnya sekarang sedang berkeliaran dan seda-ng membuat siasat untuk melakukan-" nafas pria 460 itu tercekat diakhir kalimatnya,polisi yg tadinya berdiri tegap diujung ruangan kini bergegas duduk disamping tahanan malang itu.
"Apa lagi yg ingin kamu katakan?cepat katakan"sang polisi meminta pria 460 itu untuk melanjutkan kalimatnya.
"Siapa orang yg kamu maksud?"polisi itu kembali membuka suara,ia sedikit mengguncang bahu lemah napi dihadapannya,ia mengguncangnya dengan pelan.
"Di-di-a, A..."
Nafas pria 460 itu tersengal,dadanya naik turun dengan cepat,ia sudah tidak bisa mengatur degupan abnormal di dadanya. Tubuhnya kini berubah perlahan menjadi dingin,meski dengan keadaan begitu ia masih berusaha membuka mulutnya untuk menyelesaikan kalimatnya.
Para polisi dan tim medis saling menatap satu sama lain,wajah mereka tegang dan dipenuhi dengan peluh keringat dingin. Hingga tim medis menggelengkan kepalanya,isyarat bahwa tahanan nomor 460 sudah tidak bisa lagi mereka selamatkan.
Tubuh pria 460 itu sudah kaku dan dingin,nafas memburunya tidak lagi terdengar. Ia meninggal dengan wajah pucat dan mulut yg masih menganga,semua yg berada didalam sel diam seribu bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Teen FictionKang plagiat harap menjauh! - Obsesi yg perlahan mengubah takdir,hingga terjebak dalam hubungan toxic yg rumit. Hingga hubungan toxic itu juga yg memunculkan rentetan masalah,hingga teror pembunuhan yg entah siapa pelakunya. Kisah ini berubah menjad...