10/

60 10 0
                                    

"Awh"

Mila meringis kala kakinya terpentok meja kayu didepannya,dia memang sangat ceroboh.

Gadis dengan seragam putih abu-abu itu meraih satu botol air minum dari dalam tasnya,dia akan keluar dari kelas karna bel istirahat sudah berbunyi.

Mila sudah akan keluar ruangan kelas,namun suara Vano dari luar membuat langkahnya terjeda,Mila mengembangkan senyumnya.

"Apa kabar sayang?"Vano berujar kala sudah berada dihadapan Mila,laki-laki jakung itu memberikan kecupan singkat dikening Mila.

Para siswi yg masih didalam kelas melihat itu,rasanya mereka ingin berteriak karna hal yg mereka lihat ini,namun ditahan,ada Mila woy,mana bisa.

-

"Kita kekantin ya Van,aku laper tadi ngk sempet sarapan di rumah"Mila berucap,dan Vano menganggukinya.

"Kemarin gue liat papi lo diresto"ucap Vano yg berhasil membuat Mila beralih melihat dirinya,"trus papi kesana sama siapa van?"tanya Mila.

"Cewek,mereka keliatan mesra banget,dan gue nebak kalau itu selingkuhan papi lo"jawab Vano,Mila menghela napas.

Vano mempererat rangkulannya,"sabar ya sayang,gue kan ada sama lo,jadi gak perlu sedih lagi"Vano memberikan usapan-usapan lembut dirambut Mila,gadis itu mengangguk.

-

Andika melangkahkan kakinya dan membuka pintu kamarnya,pria itu memasuki kamar dengan langkah gontai,dia pulang sangat larut,ditambah sekarang suhu tubuhnya terasa meninggi.

Dia melihat Irene yg sibuk dengan laptopnya disana,Andika tak mau ambil pusing,dia menaruh tas kerjanya kemudian menduduk kan diri disofa.

"Kamu yg merapikan semuanya?"Andika membuka suara saat melihat bantal dan selimutnya sudah berada disofa.

Fokus irene berganti,dia mengangguk sambil menatap pria itu sekilas,"Terimakasih"

Jatung Irene seakan hendak meloncat,ini kali pertama Andika mengucapkan terimakasih dengan tulus,jadi wajar dia memberikan reaksi seperti itu.

"Kamu sedang dalam masalah?wajahmu terlihat pucat,apakah kamu tidak menyadarinya?"entah kenapa Irene peduli,namun sepertinya itu perlu.

"Ah-tubuhku terasa sedikit demam,bukan masalah yg besar"Andika memberi jawaban,dia meremehkan demam?

Irene menaruh laptop yg tadi ia pangku,dan turun dari kasur,wanita itu keluar meninggalkan Andika yg duduk disofa sana.

Andika mengangkat bahu,kemudian merebahkan tubuhnya untuk sesaat.

-

"Kenapa belum membersihkan diri?lihatlah kamu membuat sofa itu kotor karna tubuhmu yg belum mandi"Irene datang dengan membawa sebuah baskom dengan sapu tangan,Andika sontak menengok.

"Saya terlalu pusing untuk pergi kekamar mandi,jadi biarkan saya beristirahat,kalau kamu ingin,saya akan membelikan sofa yg baru untuk menggantikan sofa yg menurutmu kotor karna bau tubuh saya"jawab Andika.

Irene menggeleng kemudian berdecak,dia menruh baskom berukuran sedang itu diatas nakas.

"Saya akan membantu mengompres,agar panas tubuhmu menurun,ayo naik dan berbaring diranjang,saya tidak suka melihat ada orang yg sakit tidur dikamar yg sama dengan saya"Irene menepuk ranjang disampingnya.

Andika berdiri sedikit kesusahan,saat kakinya sempurna berdiri menumpu tubuhnya,kepalanya serasa berputar seperti menaiki komedi putar,Irene memperhatikan itu.

Dia berinisiatif untuk membantu Andika.

"Jika butuh bantuan maka katakan"ujarnya,kemudian membantu memapah Andika yg merasakan pusing.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang