PART 5 : PEMILIK HATI

1K 112 9
                                    

HAPPY READING!

_____________________________________

_____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 5 : PEMILIK HATI

Buat apa mencari yang jauh kalau yang di depan mata aja bisa bikin kamu bahagia.


Ringisan kecil keluar dari mulut Aksara. Laki-laki yang hanya mengenakan kaus dan celana pendek itu meringkuk di atas kasur sembari mencengkeram perutnya yang terasa perih bercampur panas.

Jam makan malam sudah selesai sejak satu jam yang lalu tanpa adanya Aksara di meja makan. Menuruti perintah sang papa yang tidak memperbolehkannya makan malam, laki-laki berkulit sawo matang itu memilih mendekam di kamarnya.

Setelah makan mie ayam sepulang sekolah tadi Aksara sama sekali belum menyuapkan makanan lain ke mulutnya. Padahal Laskar tadi diam-diam sudah mengambilkan nasi di dapur untuk dibawa ke kamarnya. Tapi, Aksara tetap tak menyentuh makanan itu.

Hal itu memperparah kondisinya sekarang apalagi stok obat maag nya juga habis. Kini rasa sakit dan panas yang dirasakannya itu pun telah menajalar ke ulu hati.

Menarik napas lalu membuangnya Aksara memilih merilekskan tubuhnya dan mencoba memejamkan mata meski rasa sakit di perutnya sudah tak tertahankan. Ia sudah biasa menghadapi seperti ini. Ia yakin sakit itu akan menghilang setelah ia tertidur nantinya.

Memejamkan mata sembari mendesis pelan menahan sakit. Keringat dingin mulai membanjiri pelipis dan telapak tangannya. Aksara menyatukan kedua alisnya, dalam. Hingga keningnya membentuk lipatan-lipatan kecil yang menandakan bahwa ia tengah kesakitan.

Dok dok dok

Aksara membuka pelan kelopak matanya kala indera pendengarannya menangkap suara yang berasal dari jendela kamarnya. Dia melirik jam yang terpasang di dinding sekilas. Pukul 21.07.

Mata Aksara lalu menyipit melihat ada bayangan seseorang di luar jendelanya. Apa itu Laskar?

Tadi adiknya itu memang sempat menghubunginya, memintanya untuk tidak mengunci kamar agar ketika ia keluar ke markas tidak perlu memanjat agar sampai ke kamarnya yang berada di lantai dua. Cukup masuk melalui kamar Aksara sebelum akhirnya ia mengendap-endap naik ke lantai dua.

Tapi, untuk apa Laskar mengetuk jendelanya?

Biasanya cowok itu akan langsung masuk seperti maling. Dan ini masih sore. Tidak mungkin Laskar sudah pulang nongkrong. Adiknya itu biasa pulang tengah malam. Bahkan, sesekali menjelang pagi.

Bangkit dengan pelan Aksara pun melangkah mendekati jendela kamarnya. Ia mendengus, "Tumben banget lo ketok jendela dulu biasanya juga langsung nyelonong. Kesambet apaan lo?"

Tidak ada sahutan dari luar sana. Aksara pun menyibak gordennya dan membuka jendela. Kepalanya melongok ke kanan dan kiri, tapi tak menemukan siapapun di sekitarnya.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang