PART 36 : HANCUR!

733 95 7
                                    

HAI GAISS
AKU UPDATE
HAPPY READING!
JANGAN LUPA VOTE+KOMEN BIAR MAKIN SEMANGAT UPDATE-NYA

Kalau api dilawan pake api yang ada malah makin membesar, Tal. Kalau lawan lo itu api. Berarti lo yang harus jadi air itu.

Bugh!

Satu pukulan lagi mendarat di wajah Tara, membuat kadar ketampanan cowok itu menjadi berkurang.

"Gue nggak nyangka lo bisa sejahat itu, Tar."

Tala mencengkeram kerah kemeja sang adik dan menghunusnya dengan tatapan yang tajam.

"Tal, udah," pinta Aksara menyentuh pundak cowok itu. Memintanya agar tidak lagi memukul saudaranya sendiri.

"Jangan kayak gitu sama adek lo. Gue nggak papa, Tal. Lagian masalahnya juga udah kelar kan? Angkatan kita bakalan tetep tampil."

Tala tidak mengindahkan ucapan Aksara. Dia masih menatap tajam Tara yang hanya merunduk dalam penuh penyesalan.

"Lo bukan adek gue, Tar. Adek gue nggak kayak gini. Lo bukan Tara yang gue kenal," ujar Tala kecewa.

Tara mendongak, membalas tatapan sang kakak dengan wajah babak belurnya. Lantas, tersenyum kecut. Ucapan Tala barusan rupanya memercikkan rasa iri dalam diri Tara akan sang kakak yang membela Aksara. Dia sudah merasa bersalah, tapi Tala malah makin memojokkannya dan mengatakan hal seperti itu.

"Iya. Gue emang bukan adek lo, Bang. Karena adek lo sekarang itu Aksa bukan gue."

Tala melepaskan cengekramannya pada kerah baju Tara. "Tar, jangan kayak gini. Lo sama Aksa itu sama pentingnya buat gue."

"Lo adek gue dan Aksa sahabat gue."

Tara membuang pandangannya ke samping dan mendengus. "Adek?" Dia menggeleng samar. "Kalau gue adek lo nggak mungkin lo mukulin gue sampe segininya cuman gara-gara Aksa, Bang."

"Gue tahu gue salah. Tapi, apa harus lo mukulin gue kayak gini, Bang?"

"Gue adek lo, tapi lo lebih sayang ke Aksa ketimbang gue. Bahkan, bukan cuman lo, tapi Kak Zelin juga!" bentak Tara.

"Gue sayang sama lo, Tara! Lo adek gue nggak mungkin gue nggak sayang sama lo!" balas Tala ikut menggunakan nada tinggi.

Niskala yang tidak tahu harus berbuat apa hanya menarik ujung baju sang kekasih agar tidak terbawa emosi.

"Tala, udah dong jangan ikutan marah. Nanti Tara nya malah makin marah. Kasihan Aksa juga," cicit Niskala. Dia takut kembali terjadi perkelahian. Sementara, dia perempuan sendiri yang tidak tahu berbuat apa. Sebab, Alinea tadi sudah mengejar Afroza.

Aksara yang sedari tadi merunduk dalam kini mengangkat kepalanya. Dia menatap kedua sahabatnya yang sama-sama bertatapan sengit.

"Sayang apa, Bang! Kalo lo sayang gue harusnya lo selalu ada buat gue. Harusnya lo selalu jadi garda terdepan gue. Tapi, apa? Lo malah jadi garda terdepannya Aksa terus. Lo lebih perhatiin dia ketimbang gue yang adek kandung lo sendiri. Lo mana tahu kalau adek lo suka sama cewek. Lo mana paham kalo adek lo cemburu. Lo mana ngerti kalo adek lo butuh tempat curhat?" cecar Tara yang kelewat emosi.

Dia bukan hanya cemburu pada kedekatan Afroza dan Aksara, tetapi juga pada perhatian Tala dan Zelin pada Aksara. Dia merasa tersaingi. Merasa kasih sayang mereka lebih banyak diberikan pada Aksara ketimbang dirinya.

"Lo salah, Tar! Gue sama Kak Zelin tetep sayang sama lo. Kita perhatian ke Aksa karena---"

"Cukup!" potong Aksara cepat. Dia muak berada di posisi seperti ini. Menjadi penyebab kakak beradik bertengkar.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang