PART 35 : SIAPA DIA?

679 99 11
                                    

HAI GAISS!

AKU UPDATE!

SELAMAT MEMBACA!

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!

"Kukira kamu yang tidak peka. Ternyata aku yang tidak perasa."

Merindukanku ... Papa?

Kata-kata itu bagai sebuah petir di siang bolong yang menyambar Haidar. Napas laki-laki itu seketika tercekat di kerongkongan mengenali siapa sosok lelaki dengan pakaian formal yang merentangkan tangan padanya.

"Ka ... kamu?" Haidar tidak melanjutkan ucapannya. Tubuhnya kaku dan tidak bisa digerakkan ketika laki-laki itu tiba-tiba memeluknya.

"Aku kangen papa? Apa papa nggak kangen sama aku?"

Setelah mengucapkan kalimat itu, laki-laki yang memanggil Haidar "papa" itu mundur untuk melepas pelukan. Lantas, tangannya naik untuk membetulkan letak kacamatanya yang melorot.

Abiyasa menyunggingkan senyum puas melihat Haidar, laki-laki yang telah membuangnya tujuh belas tahun yang lalu itu terkejut melihatnya.

"Bagaimana bisa kamu bisa ada di sini?" Haidar menoleh ke arah Rivaldi, laki-laki yang saat ini hanya diam sambil tersenyum di kursinya. "Kalian ...." Lalu, mengarahkan telunjuknya pada mereka secara bergantian.

"Iya, kami memang mengenal satu sama lain, Pak." Aldi angkat bicara seolah mengetahui isi pikiran Haidar.

"Abi ini sahabat saya sewaktu SMA," jelasnya.

Haidar mengumpat. "Kurang ajar! Jadi, kalian bersekongkol? Hah?"

Aldi hanya tersenyum. Menyeruput sedikit kopinya lalu berdiri dan merapikan jasnya. "Kalau begitu saya permisi dulu Pak Haidar. Untuk masalah warisan itu silakan dibicarakan dengan rekan saya," pamitnya mengangguk sopan.

"Bapak tadi tidak sabar untuk bertemu dengannya bukan?"

Aldi kemudian melangkah keluar cafe, sebelum pergi ia sempat menepuk bahu Abiyasa sebentar dan tersenyum tipis.

Haidar mengeram.

Sialan. Dia sudah dipermainkan.

Melihat ayahnya yang sudah seperti orang bingung, Abiyasa langsung berbicara, "Papa tidak mau menyuruh anak haram papa ini duduk? Hm?"

"Walaupun saya anak haram. Tapi, saya ini masih anak Anda loh."

Ucapan Abiyasa berhasil menaikkan darah Haidar. Laki-laki itu mengepalkan tangannya sambil mengeram rendah. "Anak kurang ajar! Bagaimana bisa kamu pulang ke Indonesia?"

Haidar tidak akan menyangkan anak sulungnya ini bisa pulang ke Indonesia setelah ia ungsikan ke luar negeri. Dia berikan Abi kepada saudaranya yang ada di sana usai kelulusan SMA. Dia juga meminta agar Abi dijaga dengan ketat agar tidak pulang ke Indonesia. Terserah mau diapakan, dijadikan budak atau apa yang terpenting anak sialan itu tidak bisa pulang.

Dulu, setiap bulan ia selalu meminta laporan mengenai Abiyasa yang katanya masih aman berada di sana dan tidak akan mungkin kembali. Tapi, bagaimana ceritanya anak sialan itu bisa berada di sini?

Karena tak kunjung dipersilakan duduk Abiyasa mengambil insiatif untuk duduk sendiri. Dia juga menyeruput kopi yang sebetulnya milik sang ayah yang berada di atas meja.

Laki-laki berkacamata itu mencecap sedikit rasa kopi di lidahnya. Lalu, meletakkan cangkirnya. "Ternyata selera papa masih sama kayak dulu. Kopi manis."

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang