BAB 28 : DALANG SEBENARNYA

746 102 7
                                    

BAB 28 : DALANG SEBENARNYA

Menyerah hanya akan membuat kamu lemah dan kalah.

"Bapak mau bawa saya kemana?"

Tara berusaha melepas tangan kekar Abiyasa yang melingkar di lehernya. Akan tetapi, usahanya sia-sia. Semakin ia berusaha melepas maka semakin erat Abiyasa merangkulnya. Bahkan sampai lehernya tercekik.

"Jalan saja, Tara. Saya tidak akan menyakiti kamu. Saya hanya ingin bersenang-senang dengan kamu."

Tara menelan ludah. Wajahnya pucat pasi ketika Abiyasa membawanya ke lapangan basket indoor.

"Bapak ngapain bawa saya ke sini?"

Pupil mata Tara membesar melihat Abiyasa yang sudah melepaskan dirinya kini malah mengunci pitu menuju lapangan basket indoor tersebut. Membuat keadaan mendadak menyeramkan karena hanya mereka berdua yang berada di sana.

Memutar tubuh lelaki itu melepas kacamatanya dan berjalan pelan menuju Tara dengan seringai yang tercetak jelas di bibirnya. Membuat Tara bergidik seketika.

"B-b-bapak ... bapak mau apa? Jangan mendekat!" ujarnya ketakutan seperti seorang perempuan yang dikurung berdua dengan lawan jenisnya.

Abiyasa mengabaikan perintah Tara ia terus melangkah maju seiring dengan muridnya tersebut yang terus melangkah mundur.

"Berhenti melangkah mundur atau saya akan menarik kamu agar berhenti, Tara!"

Peringatan dari Abiyasa membuat Tara kicep. Tubuh cowok itu bergetar hebat karena ketakutan.

Abiyasa tersenyum karena muridnya patuh terhadap perintahnya. Dia mendekati Tara dengan tangan yang naik untuk melepas kacamatanya.

Bang Talaaaa! Tolongin gueee! Gue nggak mau diajak belok! batin Tara berteriak.

"Kamu terlihat seperti ketakutan, Tara? Kenapa?" Abiyasa menghentikan langkah tepat sejengkal di depan Tara. Membuat aroma parfum leather dari tubuh guru itu tercium oleh Tara dan seketika tubuhnya merinding, semakin ketakutan.

"Saya hanya ingin mengajakmu bersenang-senang."

Ucapan Abiyasa jelas membuat otak Tara traveling kemana-mana. Kini tubuhnya semakin bergetar ketakutan dan keringat mulai bermunculan di sekitar pelipisnya.

Abiyasa melipat kedua tangannya. Memiringkan kepala lalu mengetuk-ngetukkan jari di dagu lancipnya. "Semisal bermain basket."

"Nanti siapa yang kalah akan mendapatkan hukuman."

Tara rasanya mau menangis mendengarnya. Cowok itu benar-benar ketakutan. Matanya sudah mengembun.

Tidak mendapati jawaban dari lawan bicaranya, Abiyasa mengerutkan keningnya. "Wajah kamu pucat sekali. Kamu takut sama saya, Tara?"

Tara masih belum menjawab. Bukan hanya tubuhnya yang terasa kaku dan sulit untuk digerakkan. Tapi, bibirnya juga.

"Baiklah. Kalau kamu tidak mau bermain basket. Saya langsung ke intinya saja."

Mata Tara melebar sempurna seakan mau lepas dari tempatnya ketika secara tiba-tiba Abiyasa mendekatkan wajah ke telinganya.

"P-pak Abi?"

"Kamu tahu sesuatu, kan, Tara?" tanya Abiyasa lantas memutari tubuh cowok itu.

"Katakan apa yang kamu ketahui tentang keputusan kepala sekolah!"

Tara membisu. Selain dilanda ketakutan yang luar biasa ia juga amat terkejut dengan pertnyaan Abiyasa.

"Ma-maksud Bapak apa?"

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang