PART 9 : HUJAN, SIMBOL YIN YANG, DAN PELUKAN

784 101 14
                                    

SEBELUM BACA AKU MAU TANYA DOANG KALIAN TAHU CERITA INI DARI MANA?

HAPPY READING!

______________________________________

PART 9 : HUJAN, SIMBOL YIN YANG DAN PELUKAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 9 : HUJAN, SIMBOL YIN YANG DAN PELUKAN

Di dalam diri manusia itu pasti punya dua hal yang berlawanan. Dia punya sisi baik dan buruknya masing-masing.

Langit sudah menggelap disertai angin kencang ketika Aksara keluar dari kamar mandi sekolah. Teman-teman seangkatannya sudah pulang usai rapat tadi selesai.

Laki-laki berjaket hitam dengan simbol Yin Yang di bagian punggungnya itu berjalan di koridor yang tampak sepi itu sendirian. Tala dan Tara sudah pamit pulang karena mereka harus mengantar Niskala dan Afroza pulang tepat waktu. Kebetulan dua gadis itu rumahnya searah dan hari ini Afroza tidak mengendarai mobil sendiri. Jadi, Tara menawarkan diri untuk mengantarnya.

Angin dingin langsung menyapa Aksara ketika ia menapakkan kaki di lapangan. Suara guntur mulai bersahutan. Titik-titik air mulai berjatuhan. Aksara segera mempercepat langkahnya menuju halte. Meskipun secepat apa ia berusaha berjalan, langkahnya tetap tak sama dengan orang normal pada umumnya.

Sampai di halte ia sedikit terkejut karena mendapati Alinea yang juga ikut meneduh. Aksara pikir gadis itu sudah pulang sedari tadi.

Titik-titik air itu sudah berubah menjadi hujan yang sangat deras. Aksara memundurkan langkahnya untuk menghindari tempias air hujan. Ia menggeser berdirinya tepat di samping Alinea.

"Lo belum pulang, Al?" tanya Aksara memulai pembicaraan.

"Mata lo nggak ngelihat gue masih di sini?" sarkas Alinea dengan wajah jutek. "Kalau gue udah pulang nggak mungkin gue masih ada di sini, Sa."

Tidak ada raut marah di wajah Aksara. Laki-laki itu malah tersenyum sambil menganggukkan kepala.

"Emangnya Kak Arka kemana?"

"Biasanya lo pulang bareng dia." Aksara menatap gadis berbandana merah itu dari samping.

Tidak ada jawaban. Alinea hanya menatap lurus ke depan dengan gestur tubuh yang menunjukkan kerisihan. Sesekali ia juga melirik ke arah kanan, tempat beberapa kakak kelas juga meneduh di sana. Mungkin ia malu jika harus berdekatan dengan cowok cacat sepertinya. Dan Aksara menyadari itu.

"Kenapa, Al?"

Aksara tersenyum getir. "Lo malu ya deket-deket sama gue?"

Alinea mengembuskan napasnya. Dia menghadapkan tubuhnya pada Aksara. Baru saja bibir ranumnya terbuka, Aksara telah lebih dulu menyelanya, "Kalo lo risih sama gue. Biar gue menyingkir, Al."

Aksara menggeser tubuhnya menjauhi Alinea. Dia tidak mau membuat gadis itu malu karenanya.

Mengeluarkan ponsel Aksara menghubungi supir pribadinya agar segera menjemputnya. Karena selain kedinginan, maag-nya juga kambuh.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang