PART 8 : RAPAT ANGKATAN

796 100 14
                                    

HAPPY READING!

______________________________________

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 8 : RAPAT ANGKATAN

Apa mungkin aku adalah kelahiran yang tak pernah diharapkan dan dibesarkan hanya atas dasar rasa kasihan?

-Aksara Garvi Danantya


Kak Aksara

Kak, ada makanan sama air mineral di bawah jendela.

Setelah mengirimkan pesan singkat itu Laskar menatap jendela kamar Aksara yang terkunci dan tertutup oleh gorden. Sudah berkali-kali ia mengetuk kaca jendela, tapi tak ada sahutan dari dalam. Membuat ia semakin khawatir dengan keadaan kakaknya.

Ting!

Cowok berambut keriting itu membuka pesan yang masuk di Whatsapp-nya.

Kak Aksara
Online

Iya, taruh situ aja. Gue baru aja abis mandi. Ntar gue ambil.

Btw, thanks udah peduli sama gue, Kar.

Ada sesuatu yang kasat mata yang menghantam dadanya membaca deretan kalimat terakhir itu. Kalimat sederhana yang membuat hati cowok berambut keriting itu terusik. Kata "peduli" yang Aksara tekankan pada kalimat itu memperjelas bagaimana kakaknya merasa tidak dipedulikan di keluarga ini.

Jarinya kemudian bergerak cepat mengetuk layar, mengetikkan balasan yang barangkali bisa membuat kakaknya tidak terlalu merasa dicampakkan di rumah ini.

Sama-sama. Lagian gue saudara lo. Udah seharusnya adik sama kakak itu saling peduli. Kecuali, sama si Arka sialan itu. Dia mah saudaranya setan. Nggak pantes juga dipeduliin. Bawannya malah pengen gue jorokin ke neraka.

Udah. Nggak usah mikirin yang enggak-enggak sama omongannya Papa sama Mama. Kalau mereka belum bisa sayang sama Kakak ada Laskar yang bakalan selalu ada buat Kakak.

Fighting, brother.

Aksara terkekeh pelan di atas kasur membaca pesan mengenai kekesalan Laskar pada Arka. Dengan lambat ia mengetikkan balasan.

Kalau Kak Arka saudaranya setan. Berarti kita setannya dong?

Laki-laki itu sebenarnya berbohong soal ia yang baru saja selesai mandi. Aksara sama sekali belum menyentuh lantai kamar mandi sejak ia masuk dan mengunci pintu juga jendela kamarnya. Usai berhasil menggoreskan cutter ke lengannya. Aksara bergelung di kasur karena sensasi rasa panas, perih, dan sakit melilit pada perutnya yang sudah menjalar ke ulu hati.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang