PART 40 : KECEWA

943 106 27
                                    

HAPPY READING!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

SUDAH SIAP MENDEKATI BAB-BAB ENDING?

"Kita tidak berhak menghakimi kesalahan seseorang di masa lalu. Sebab, kita pastinya juga punya kesalahan."

Laskar berdiri di rooftop sambil memandang kosong ke arah gedung-gedung tinggi di sekitar rumah sakit dan lalu lintas jalan raya di bawahnya. Remaja berambut keriting itu menghela napasnya, berat.

"Kar." Sebuah panggilan menyapa indra pendengarannya.

"Ternyata lo masih di sini, Kak." Laskar menjawab tanpa menolah.

Tanpa menoleh pun ia sudah tahu kalau itu adalah suara Arka. Laki-laki itu ternyata belum pergi dari sana usai papa dan mamanya menjelaskan semuanya, lalu kembali ke bangsal tempat Aksara dirawat. Beruntung tidak ada luka serius selain kepala laki-laki itu yang harus diperban karena terbentur lantai.

Arka melangkah mendekat dan berdiri di sisi kiri Laskar. Setelah papa dan mamanya menjelaskan semuanya, Laskar memilih tinggal di tempat. Hal itu membuat Arka khawatir bila cowok itu melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya setelah mengetahui siapa sebenarnya orangtuanya. Untuk itu Arka memilih mengawasi Laskar yang selama ini ia kenal sebagai sang adik bungsunya itu.

"Gue pikir perlakuan papa yang beda ke Kak Aksa sama gue itu karena kekurangan Kak Aksa sama kebandelan gue. Ternyata karena gue bukan anak dia," ujar Laskar setelah cukup lama hanya diam saja.

"Tapi, anak kembarannya," lanjutnya mendongak, menatap taburan bintang di atas sana.

Ya, Haidar dan Nilam sudah mengakui jika ia bukanlah anak kandung mereka. Melainkan anak Asyraf Haidar Pratama, saudara kembar Adnan Haidar Pratama.

Mereka mengatakan jika kedua orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan ketika ia baru berusia dua tahun. Hanya dirinya lah yang selamat dalam kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orangtuanya.

Dan karena kalap akan harta yang dimiliki oleh papanya, Haidar yang sebenarnya adalah om nya mengambil alih seluruh aset Asyraf Haidar Pratama dengan mengaku-ngaku sebagai laki-laki itu. Termasuk mengaku sebagai ketua komite SMA HILTON yang selalu menekan kepala sekolah agar terus merendahkan angkatan Aksara selama ini.

"Mereka cuman manfaatin gue doang biar dapetin harta orangtua gue."

Arka menghela napasnya. "Gue tau ini berat buat lo. Lo pasti kaget dan belum bisa nerima semuanya. Tapi, gue harap lo jangan ngebenci Papa sama Mama ya, Kar?"

"Papa sama Mama?" Laskar berdecih. Lalu, terkekeh sinis.

"Mereka bukan orangtua gue, Kak. Tapi, orangtua lo. Buat apa gue manggil mereka Mama sama Papa?"

"Kar."

"Kak, udah. Kalo lo ke sini cuman mau  ngebela orangtua lo mendingan lo pergi aja. Gue pengin sendiri," suruh Laskar.

"Lo benci sama mereka?"

Laskar diam. Dia memandang lampu-lampu jalanan di bawah sana. Ada rasa sesak di dadanya ketika Arka bertanya seperti itu. Saat ini memang rasanya ia ingin marah. Ingin melampiaskan segala perasaannya yang ada. Marah, kecewa, dan terluka. Ia sudah dibohongi oleh mereka selama belasan tahun lamanya. Dirawat dan dibesarkan hanya untuk dimanfaatkan supaya bisa mengambil kendali atas segala kekayaan orang tuanya.

Akan tetapi, di satu sisi dia tidak bisa membohongi perasaan sayangnya terhadap mereka selama ini. Sekalipun ia terkadang kesal pada Haidar yang selalu memarahi Aksara. Tapi, ia tetap menyayangi laki-laki itu sebagai seorang ayah. Apalagi Nilam, perempuan yang selalu memanjakannya itu. Rasanya Laskar tidak bisa untuk membencinya. Nilam adalah sosok ibu yang baik, setidaknya untuk dirinya dan Arka.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang