PART 18 : MENCURIGAKAN

725 100 44
                                    


YUHUU!
MALMING AKU DATANG!

SPAM NAMA TOKOH KESAYANGAN KALIAN DULU DONG SEBELUM MEMBACA PART INI.

APA ALASAN KALIAN SUKA SAMA TOKOH ITU?

HAPPY READING!

______________________________________

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 18 : MENCURIGAKAN

Siapa yang akan menang nantinya? Kejahatan Anda atau pembalasan saya?

Tara bergerak gelisah dalam duduknya. Sesekali ia melirik takut-takut ke arah Abiyasa yang kini duduk persis di sampingnya. Setelah meminta nama akun tiktok-nya, guru muda itu ikut bergabung bersama para inti untuk sharing mengenai pensi angkatan. Kebetulan sekali Abiyasa dulunya juga merupakan ketua OSIS sekaligus angkatan di SMA-nya.

"Yang paling utama dari pensi nanti adalah kekompakan angkatan kalian dan juga tampilah dengan hati. Mau sebagus apa penampilannya kalau angkatan kalian itu nggak kompak. Percuma," kata Abiyasa.

"Jadi, saran saya kalian satu angkatan saling merangkul. Jangan sampai ada diskriminasi. Si cantik, si jelek, si hitam, si putih, atau pun si pintar dan si bodoh. Jangan sampai ada seperti itu. Kalian harus bersikap adil pada teman-teman kalian. Beri kesempatan bagi mereka untuk menampilkan bakatnya, jangan hanya karena perbedaan RAS lantas kalian melarangnya." Abiyasa berujar sesuai dengan pengalamannya sewaktu menjabat sebagai ketua di SMA dulu.

"Satu angkatan itu satu keluarga. Ibarat saudara. Kalian harus saling merangkul saling membantu dan menolong."

Saudara?

Kata itu begitu menyayat hati Aksara. Jika saudara itu harus saling membantu dan menolong kenapa dirinya dan Arka tidak bisa seperti itu? Kenapa keduanya justru saling bersaing dan malah Arka terlihat selalu ingin menjatuhkannya?

Aksara yang tampak melamun menyita perhatian Abiyasa yang tengah sharing. Laki-laki berkacamata itu tersenyum dan memanggilnya pelan.

"Aksara," panggilnya.

"Eh, iya, Pak." Aksara tersentak.

"Kamu paham, kan, apa maksud saya?"

Aksara mengangguk mengerti. "Iya, Pak. Sebagai pemimpin saya harus bisa merangkul anggota saya dan membuat mereka juga saling merangkul satu sama lain."

Abiyasa tersenyum sumringah. Lalu, menepuk pelan bahu cowok itu dua kali. "Bagus. Saya harap pensi angkatan kalian bisa menjadi sebuah pembuktian bahwa angkatan 22 itu bukan angkatan lumpuh."

Sedikit banyak Abiyasa memang sudah mengetahui cerita mengenai angkatan 22 yang sering dikatakan cacat, lumpuh, dan tidak  bisa berjalan. Laki-laki itu mengetahuinya dari beberapa guru yang sering membicarakan angkatan 22 dan juga dari ketuanya langsung, Aksara. Beberapa hari ini keduanya memang mulai dekat dan akrab.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang