PART 42 : ENDING

1.5K 101 11
                                    


HAI GAIS! UDAH PART TERAKHIR NIH!

GIMANA? UDAH SIAP PISAH SAMA AKSARA DKK?

HAPPY READING!

------

Apakah benar sabar itu selalu membuahkan hasil?

Acara pentas seni sudah selesai dan ditutup dengan penerbangan lampion
dari angkatan 22. Acara itu mendapatkan banyak apresiasi dan komentar positif dari kepala sekolah.

Selesai acara, Haidar dan Nilam menghampiri Aksara bersama yang lainnya.

"Aksa," panggil Nilam parau. Sedari tadi ia sudah menahan tangis. Menahan sesak di dadanya karen melihat bagaimana anak itu selama ini memperjuangkan pensi agar sesukses ini. Sementara, ia dan Haidar justru mencoba membuatnya gagal. Kakak dan nenek macam apa mereka ini.

"Selamat ya, Sayang. Kamu berhasil memimpin angkatan kamu dan membuat pensi ini berjalan lancar. Maafkan kami yang selalu jahat sama kamu, Nak," ucap Nilam meneteskan air mata.

Disusul Haidar yang juga ikut bersuara. "Iya, Aksara. Maafin papa sama mama. Papa sama mama nggak bisa kasih contoh yang baik buat kamu. Kami selalu menyiksa kamu."

"Maafin kami, Nak. Sekarang kami ikhlas mendapatkan hukuman yang sesuai dengan apa yang kami perbuat. "

Aksara menatap keduanya serius dan cukup lama. Banyak sekali emosi yang ia simpan selama ini. Rasa sayang, kecewa, benci, dan simpatinya pada mereka bercampur menjadi satu. Tapi, dari banyaknya rasa kecewa yang ada ia tetap tak bisa membenci mereka berdua. Biar bagaimanapun mereka sudah merawat dan membesarkannya sampai sebesar ini. Mereka masih membiarkannya untuk hidup sampai detik ini.

"Kalian nggak perlu minta maaf lagi sama Aksa. Aksa udah maafin kalian," tukas Aksara yang membuat semua orang yang berada di sana memerhatikan cowok itu lekat-lekat.

Bagaimana Aksara bisa semudah itu memaafkan orang yang sudah menyiksanya selama ini? Bukan hanya menyiksa fisik, tapi juga mentalnya. Begitulah yang sekiranya mereka pikirkan, khususnya adalah Abiyasa. Laki-laki yang mengenakan tuxedo berwarna hitam itu saja masih  butuh waktu untuk memaafkan perbuatan orangtuanya padanya selama ini. Namun, putranya yang juga sama tersiksanya selama ini justru semudah itu memberi maaf.

"A-apa? Ka ... kamu ... kamu maafin kami, Nak?" ucap Haidar tak menyangka dengan pernyataan Aksara.

Aksara mengangguk mantap.

"Tapi, kenapa Aksara? Kenapa kamu memaafkan papa sama mama semudah itu? Padahal kami sudah jahat sama kamu. Kamu tidak mau menghukum kami dulu, Nak? Melaporkan kekerasan kami terhadap kamu atau yang lainnya?" tanya Nilam.

"Enggak, Kek, Nek. Aksa enggak bakalan hukum kalian. Sudah cukup kalian mendapatkan hukuman atas perbuatan kalian terhadap Laskar. Soal kejahatan kalian sama Aksa, Aksa bisa mengerti. Itu semua kalian lakukan karena kalian malu sama perbuatan papa sama mama aku. Perbuatan yang mengulang kesalahan kalian," tutur Aksara yang membuat Haidar, Nilam, Abiyasa, dan Zelin berkaca-kaca.

Apalagi dengam sebutan "kakek, nenek, papa, dan mama".

"Pasti tidak ada orangtua yang mau anaknya mengulang kesalahan yang sama dengannya. Rasa benci kalian ke  papa itu semua pasti didasari perasaan bersalah kalian di masa lalu. Kalian melakukan ini semua sebagai bentuk pelampiasan juga hukuman untuk kalian sendiri," tambahnya yang membuat Nilam terisak.

Aksara benar, sejujurnya ia sangat menyayangi Abiyasa. Namun, cap yang orang-orang berikan pada Abiyasa atas kesalahannya membuat ia membenci anak itu sekaligus dirinya sendiri. Ia benci kenapa Abiyasa harus ada atas kesalahan, benci padanya yang tidak bisa menjadi orangtua yang baik. Begitu pula dengan Haidar. Sehingga ia melampiaskan pusing, kesal, marah, kecewa, dan segala keruwetan yang dialaminya pada Abiyasa yang tak tahu apa-apa.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang