PART 27 : SIAPA DALANG SEBENARNYA?

683 102 6
                                    

PART 27 : SIAPA DALANG SEBENARNYA?

Tidak selamanya yang jahat selalu jahat.

Brak!

Suara bedebam pintu yang dibuka dengan kasar menggema dalam ruangan sempit yang hanya berisikan berkas-berkas Osis.

Aksara berjalan menuju tempat duduknya. Tangannya yang mengepal ia hantamkan pada dinding di sebelahnya.

"ARGHHHH!" erang Aksara meremas rambutnya frustasi.

"Kenapa jadi kayak gini sih?"

Aksara menumpukan kedua tangannya pada meja panjang di depannya. "Semua jadi sia-sia karena keteledoran gue. Kalau gue nggak ngasih flashdisk itu ke Alinea semua pasti nggak bakalan kayak gini."

"Kenapa lo sejahat ini sama gue, Kak? Padahal gue nggak pernah benci sama lo. Sebenernya apa salah gue sama lo?" Arka bermonolog sambil menatap kosong ke depan. Mata teduh itu sudah tak memiliki gairah apapun lagi. Begitu kosong dan hampa. Kekuatan dan semangatnya melebur bersamaan dengan penghianatan yang dapat.

"Apa belum cukup penderitaan yang gue alami, Kak? Sampe-sampe lo tega ngehancurin angkatan gue."

Perlahan. Setetes demi setetes air mata jatuh membasahi pipi cowok berkulit sawo matang itu.

"Dan lo, Al? Secinta mati itu lo sama kakak gue sampe lo tega hancurin angkatan lo sendiri cuman demi dia?"

Aksara memejamkan mata. Merasakan dadanya yang sesak dan kepalanya yang semakin berdenyut nyeri. Rasanya seperti mau pecah.

"ARGHHHH!!!" Untuk kedua kalinya Aksara mengerang. Laki-laki itu menjambak rambut ikalnya lantas tangannya menyapu tumpukan kertas yang berada di atas meja sampai jatuh berserakan.

"Mas Aksa!" Afroza menahan tangan Aksara yang kini mengacak-acak kertas tersebut.

"Gue tahu ini berat buat kita. Tapi, please jangan kayak gini. Bukan cuman Mas Aksa yang di sini kecewa sama keputusan kepala sekolah. Oza juga, tapi kita bisa apa lagi, Mas Aksa?" ujar Afroza menenangkan Aksara.

Cowok itu berhenti mengacak-acak kertas. Dia sekarang menjatuhkan tubuhnya ke lantai yang dingin dengan perasaan yang hancur lebur. Tidak ada lagi kesempatan bagi angkatannya untuk menunjukkan kemampuan. Tidak ada lagi harapan. Hanya ada rasa sakit yang begitu mendalam.

"Gue nggak bisa terima ini semua, Za. Enggak. Gue nggak bisa," ucap Aksara parau. "Angkatan kita harus tampil di acara pensi nanti. Gue nggak mau tahu pokoknya kita harus tampil, Za."

Aksara terus menceracau membuat tangis Afroza pecah. Dia paling tidak bisa melihat ketuanya rapuh seperti ini.

Tala dan Niskala yang baru saja datang mematung di ambang pintu. Mereka tidak pernah melihat Aksara serapuh ini. Aksara yang mereka kenal adalah sosok yang kuat.

Seburuk apapun perlakuan orangtuanya Aksara tidak pernah sampai menangis seperti ini. Jelas hal ini membuat keduanya ikut merasakan sakit yang sangat luar biasa. Apalagi ini menyangkut nama baik angkatan mereka.

"Sa," panggil Tala pelan. Cowok berkukit putih itu berjalan pelan dan jongkok di depan Aksara.

"Ini salah gue, Sa. Gue ceroboh. Coba kalau gue nggak ceroboh angkatan tetep bisa tampil, Tal."

"Ini tuh bukan salah Mas Aksa. Ini salah Alinea!" sahut Afroza cepat. Dia tidak terima bila Aksara menyalahkan dirinya sendiri. Padahal sudah jelas ini adalah kesalahan gadis berbandana merah itu.

"Dia yang harusnya bertanggungjawab atas semua ini bukan Mas Aksa!" Setelah mengatakan hal itu Afroza mengatatkan rahangnya dengan mata yang berkilat amarah.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang