PART 32 : AKSARA DAN ARKATAMA

809 95 3
                                    

HAIII AKU UPDATE NIH!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA!

SELAMAT MEMBACA!

Dia bukan orang jahat. Dia cuman manusia yang terjebak di keadaan yang sama sekali tidak dia inginkan.

Desisan pelan keluar dari bibir Aksara yang tengah meringkuk sambil meremas perutnya yang terasa sakit. Maag cowok itu kambuh akibat belum makan sedari siang tadi.

Saking senangnya menerima kabar mengenai pensi angkatan yang kembali mendapat izin, Aksara sampai melupakan makan siangnya. Dia terlalu sibuk mengurusi keperluan pensi bersama inti dan panitia yang telah dibentuknya.

Niatnya Aksara tadi akan makan di rumah saja. Namun, baru memasuki rumah alih-alih ditanya sudah makan atau belum ia justru disambut sebuah tamparan keras dari Haidar tanpa tahu apa penyebabnya. Lantas dikunci di dalam kamar tanpa diberi makan.

Mengingat kejadian sore tadi Aksara pun bangun dan duduk sambil bersandar pada kepala kasur. Tangannya bergerak naik menyentuh bekas tamparan Haidar yang lebam. Ada nyeri yang bukan hanya menjalar di pipi ketika ia menyentuhnya, tapi juga dalam hati yang sakitnya tak bisa ia deskripsikan.

Plak!

Suara tamparan itu terngiang di kepalanya. Saking jelasnya suara itu terekam, pipi Aksara sampai ikut berdenyut nyeri hanya karena mengingatnya.

"Anak pembawa sial!"

Umpatan yang ditujukan Haidar padanya sore tadi pun ikut terputar kembali di kepala Aksara. Laki-laki itu pun memejamkan mata, membiarkan rasa sakit menyerang pipi, perut, dan juga hatinya. Aksara seolah pasrah dan diam saja menikmati semua kesakitan itu. Meski di dalam kepalanya ia memutar reka ulang adegan yang terjadi antara dirinya, Haidar, dan juga Nilam.

"Dasar anak pembawa sial! Anak cacat! Bisanya bikin malu aja!" hardik Nilam menatap berang Aksara yang memegang pipinya yang memerah akibat tamparan sang ayah.

"Kenapa sih kamu itu nggak pernah sekaliii aja nurut sama orang tua? Kenapa kamu selalu bikin malu kita ha?!" Nilam membentak. Menatap berang putranya sambil berkacak pinggang.

Haidar ikut menambahi. "Kenapa kamu nggak bisa seperti Arka yang selalu membanggakan saya?"

"Seburuk-buruknya tidak bisa seperti Laskar. Walaupun dia bandel tapi dia tidak bikin malu seperti kamu!"

Aksara menegakkan tubuhnya. Tangannya yang semula menyentuh bekas tamparan Haidar ia turunkan.

"Aku sebenernya salah apa sih Pa, Ma? Kenapa kalian sebenci ini sama Aksa?" Suara laki-laki itu terdengar lemah. Aksara lelah dengan semuanya. Dia lelah terus menerus diperlakukan tidak adil oleh mereka. Ia juga ingin diberi kasih sayang yang sama.

"Kenapa Papa tampar Aksa. Aksa salah apa lagi? Aksa bikin malu yang kayak gimana lagi?" tanyanya dengan nada yang lemah.

"Karena kamu sudah merebut pensi yang seharusnya dipimpin oleh Arka, Aksa."

"Aksa enggak pernah merebutnya, Pa. Ini hak angkatan Aksa," serobot Aksara cepat. Laki-laki itu memandang pria beruban di depannya dengan tatapan yang lebih berani dari sebelumnya. Meskipun mata sayunya menyiratkan kelelahan yang begitu kentara.

"Pokoknya kamu itu salah, Aksa! Kamu sudah menggagalkan semua rencana saya! Kamu bikin keluarga saya malu!"

"Sebenernya kenapa sih Mama sama Papa nggak bisa sayang sama Aksa seperti kalian sayang  ke Kak Arka dan Laskar? Apa karena... Aksa itu... cacat?" Nada bicara bukan hanya melemah, tapi juga parau. Ada nyeri di ulu hatinya ketika mengucapkan hal itu. Membuat dadanya sesak, hingga napasnya sedikit memburu dan cairan bening menyatu di pelupuk matanya.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang