PART 37 : ZELIN SUKA AKSARA?

777 96 8
                                    

HAPPY READING!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA!

"Jangan sampai melabuhkan hati pada seseorang hanya untuk menganggapnya sebagai masa lalu yang kini telah pergi. Sebab, dicintai oleh seseorang yang masih terbayang-bayang masa lalu itu menyakitkan."

Semenjak pertikaian yang terjadi antara Tala dan Tara di taman belakang sekolah kala itu, Aksara mulai menjauh dari teman-temannya. Dia benar-benar serius dengan ucapannya. Hanya bertemu dengan para inti jika membahas mengenai pensi angkatan, di luar itu dia selalu menghindar setiap kali Tala maupun Afroza mengajaknya untuk berbicara.

Aksara tidak mau keberadaannya kembali membuat masalah baru. Sudah cukup masalah-masalah yang timbul karenanya selama ini.

"Kak."

Aksara yang duduk sendirian sambil memakan roti yang tadi dibelinya di kantin, menoleh mendengar seseorang memanggilnya.

"Kar, ada apa?" Aksara membungkus kembali rotinya melihat sosok cowok berambut keriting tengah berdiri di belakangnya.

Laskar ikut duduk di atas rumput tanpa alas, di sebelah kakaknya. Dia menyodorkan sebungkus roti rasa pandan beserta air mineral pada sang kakak.

"Gue udah beli roti, Kar."

"Simpen aja buat di rumah kalo gitu."

Aksara menerima roti itu dan meletakkannya di atas pangkuan. "Thanks," ujarnya.

Laskar mengamati wajah kakaknya yang terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. Sepertinya Aksara kurang tidur dan terlalu memikirkan pensi sampai melupakan kesehatannya.

"Jangan terlalu mikirin pensi, Kak. Pikirin diri lo juga," ingat Laskar.

Aksara terkekeh. "Kalau nggak dipikirin terus gimana, Kar? Kakak  ketuanya masa diem aja."

Laskar tahu Aksara adalah ketua angkatan, tapi bukan berarti semua beban dan tanggung jawab yang ada harus dibebankan pada cowok itu saja. Dia punya inti dan anggota. Akan tetapi, dilihat-lihat sudah satu minggu lebih Aksara lebih memforsir dirinya sendiri untuk persiapan pensi. Dia jarang terlihat bersama para inti yang lain.

"Sebenernya kalian ada apa sih, Kak? Gue lihat lo makin jauh sama inti yang lain?" tanya Laskar yang tidak tahu apa-apa.

"Kalian ada masalah apa? Bilang sama gue, Kak. Biar gue bantu selesain."

Aksara hanya terkekeh. Tidak mungkin menceritakan tentang Tala dan Tara pada Laskar yang ada cowok itu justru akan marah besar dan menyalahkan Tara. Aksara tahu betul watak adiknya itu. Dia paling tidak suka ada yang mengganggunya. Jadi, jika sampai Laskar tahu soal Tara yang membencinya karena cemburu. Sudah jelas apa yang akan terjadi selanjutnya. Cowok itu pasti akan menghajarnya habis-habisan.

"Enggak ada apa-apa, Kar. Gue cuman pengin fokus sama pensi. Gue nggak mau apa yang udah kita rencanain ini berakhir sia-sia. Gue mau pensi yang tinggal menghitung hari ini berjalan dengan lancar."

Aksara mengangguk. Dia tidak bertanya lebih lanjut karena paham pusingnya Aksara mempersiapkan pensi tersebut.

Kembali memakan rotinya, Aksara menatap Laskar dari samping. Keningnya mengerut melihat sang adik tampak memikirkan sesuatu. "Oh, iya lo ngapain nyamperin gue? Ada sesuatu?"

Laskar diam. Membuat Aksara makin penasaran. Tidak biasanya adiknya itu bersikap seperti ini.

"Kar."

Laskar menoleh. Dia menatap kakaknya selama beberapa saat, menimang antara menceritakan apa yang diketahuinya atau tidak.

"Kak, kemarin gue masuk ke ruang kerja papa." Laskar memberi jeda sebelum kembali melanjutkan. "Dan gue nemuin sesuatu."

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang