PART 23 : PERBINCANGAN RAHASIA

668 80 6
                                    

PART 23 : PERBINCANGAN RAHASIA

Kamu sudah dewasa. Dan cepat atau lambat kamu akan tahu.

"Lo istirahat dulu ya di sini. Gue pesenin teh anget dulu," ujar Arka menyelimuti Alinea yang kini terbaring di ranjang UKS.

Tidak ada balasan dari gadis berbandana merah di depannya. Hanya terdengar sebuah gumaman kecil sebelum mata dengan bulu lentik yang menghiasinya itu menutup.

Keluar dari UKS Arka berjalan cepat menuju kantin untuk memesan teh hangat. Selesai membayar pesanannya ia bergegas menuju UKS.

Langkah cowok dengan sepatu converse itu terhenti ketika sebuah benda pipih di dalam sakunya bergetar. Arka mengambil benda itu untuk mengecek siapa yang mengiriminya pesan.

"Kamu bisa temui saya di lapangan basket indoor sekarang?"

Membaca pesan dari seseorang yang sudah beberapa hari ini seakan menerornya dengan terus mengajak bertemu, Arka berdecak pelan. Entah darimana orang itu mendapatkan nomornya ia tidak tahu pun tidak peduli. Mengabaikan pesan itu Arka kembali melanjutkan langkahnya.

Baru saja ia mencapai pintu ruang UKS ponselnya kembali bergetar. Sebuah pesan dari orang yang sama kembali muncul di layar.

"Temui saya sekarang! Saya mohon."

Setelah menimbang selama beberapa saat. Arka akhirnya membelas pesan tersebut.

"3 menit lagi saya datang."

Usai mengirimkan balasan Arka mendorong pintu UKS. Dia berjalan mendekati ranjang yang ditempati oleh Alinea. Ditatapnya wajah lebam gadis di depannya yang tertidur dengan kerutan di dahinya. Menandakan ia tengah kesakitan meski dalam tidurnya.

Meletakkan segelas teh hangat di meja samping gadis itu Arka mengelus puncak kepala Alinea penuh kasih sayang. "Al, teh hangatnya gue taroh meja. Gue tinggal dulu ya. Nanti gue balik lagi ke sini," ucapnya setengah berbisik.

Alinea tidak merespons. Hanya terdengar deru napas normal dari gadis itu. Arka pun beranjak usai merapikan anak rambut yang menempel di pelipis gadis itu yang bekeringat.

Keluar dari UKS Arka langsung menuju belakang sekolah. Di koridor ia melihat Niskala dan Afroza yang baru saja dari kantin.

"Eh kalian berdua!"

Nisakala dan Afroza sontak menghentikan langkah.

"Iya, Kak Arka? Ada apa ya Kak?" tanya Niskala sopan.

"Gue mau minta tolong boleh?"

Afroza menatap sinis. "Minta tolong? Tumben banget seorang Arkatama Ivander mantan ketua OSIS dan angkatan yang paling disegani di HILTON ini minta tolong. Kakak nggak lagi kesurupan, kan?"

"Hush, Za," tegur Niskala.

"Kenapa sih, Kal? Gue kan cuman nanya."

Arka menghela napas. "Gue serius. Gue mau minta tolong buat jagain Alinea di UKS. Dia lagi sakit. Badannya demam."

"Kenapa nggak lo jagain sendiri aja? Kan lo ayangnya? Ngapain nyuruh kita?" serobot gadis berponi itu tampak keberatan.

Semenjak Alinea memaki Aksara yang mengkahwatirkan keadaan gadis itu beberapa waktu lalu Afroza jadi tidak mau berurusan dengan Alinea lagi. Dia ikut sakit hati melihat kepedulian Aksara yang sama sekali tidak dianggap maupun dilihat oleh gadis berbandana merah itu.

"Za, jangan kayak gitu. Alinea kan juga temen kita. Dia lagi sakit, Za." Niskala kembali menegur.

"Teman?" Afroza tertawa hambar. "Lo  nggak inget waktu itu dia marah gara-gara kita nanyain masalah dia apa. Dia bilang juga kan kalau dia nggak butuh dipeduliin. Jadi, buat apa sih Kal peduli sama orang kayak gitu? Buang-buang waktu tau nggak?"

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang