HAI GAISSS
AKU UPDATE!
SELAMAT MEMBACA!"Merindukanku ...."
Di sebuah taman yang agak sepi duduk tiga orang dengan wajah serius. Ketiganya saat ini tengah membahas sesuatu hal yang begitu penting.
Setelah beberapa saat membahas hal penting. Salah satu di antara mereka menceletuk. "Kalau dilihat-lihat Pak Abi sama Kak Arka itu ... mirip ya?" ceplos gadis berbandana merah usai mengamati dua lelaki di depannya.
"Eh, bukan cuman sama Kak Arka. Tapi ... juga sama Aksa sama Laskar juga," imbuhnya berpendapat. "Kayak masih saudara gitu."
Mendengar ucapan seperti itu dari Aline, Arka sontak memandang wajah Abiyasa. Sedangkan yang dipandang hanya tersenyum tipis.
Untuk beberapa saat Arka diam. Dia sibuk mengamati sepasang mata di balik bingkai kaca milik lelaki di depannya. Dan Arka baru menyadari kalau diperhatikan secara detail, Abiyasa memang mirip dengan Aksara atau Laskar.
"Kenapa, Arka?"
Arka menggeleng. Dia masih fokus mengamati wajah lelaki di hadapannya.
"Kenapa saya baru sadar ya kalau bapak itu mirip sama Aksa dan Laskar? Dan kemungkinan juga mirip dengan saya."
Abiyasa menarik sebelah sudut bibirnya. Lantas, mendengus. "Memangnya kalau kita mirip kenapa? Hm?"
Arka diam. Tidak menanggapi pertanyaan Abiyasa. Lebih tepatnya tidak tahu harus membalas bagaimana.
"Bukankah di dunia ini banyak orang yang mirip? Kenapa kalian seheran itu?"
"Sebelum bertemu kamu dan adik-adikmu. Saya juga sudah pernah menemui orang-orang yang katanya mirip dengan saya, Arka." Abiyasa berbicara dengan tenang sembari mengulas senyum tipis yang selama ini selalu membingkai wajahnya.
"Sudah. Jangan bahas hal lain lagi. Mari kita bahas apa yang seharusnya di bahas!"
Meski, Abiyasa sudah mengajak Arka dan Alinea untuk membahas bagaimana agar Alinea bisa lepas dari penyiksaan orang tuanya dan Haidar tidak lagi menyiksa Aksara. Namun, baik Arka maupun Alinea keduanya sama-sama diam dengan pemikiran masing-masing.
Sebenarnya siapa Abiyasa sebenarnya? Kenapa dia terlihat begitu dendam terhadap Haidar? Ada masalah apa dengan mereka sebelumnya?
Dalam hati Arka terus bertanya dan meyakinkan hatinya untuk tetap melanjutkan rencana mereka. Ada sedikit keraguan, khawatir bila ia salah langkah yang justru akan membahayakan keluarganya.
Ah, sialan kenapa Arka baru kepikiran mengenai kemungkinan Abiyasa adalah musuh ayahnya.
Arka mendesis pelan. Kemarin-kemarin ia sama sekali tidak kepiran tentang apa masalah mereka. Yang ada dalam pikirannya hanyalah tawaran Abiyasa yang akan membantunya untuk melawan sang ayah.
Arka memejamkan mata sejenak. Lalu, menghirup napas dalam-dalam. Ketika membuka mata dan menatap Abiyasa entah kenapa keraguan itu mendadak hilang. Rasa khawatir itu berubah menjadi sebuah keyakinan.
Laki-laki itu seolah memiliki aura tersendiri yang membuat Arka meyakini bahwa pilihannya kali ini benar.
Di saat ia sibuk dengan pemikirannya. Tiba-tiba Arka teringat akan cerita mamanya mengenai sang ayah yang katanya mempunyai adik laki-laki yang meninggal tujuh belas tahun silam dalam sebuah kecelakaan. Seingatnya mamanya pernah bercerita bahwa almarhum pamannya itu memiliki seorang anak laki-laki yang kemudian diasuh oleh kakek dan nenek dari bibinya.
Sekali lagi Arka menatap Abiyasa dengan seksama. Lalu, menyipitkan matanya mencoba menelisik sesuatu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (TAMAT)
Teen FictionApa yang terlintas di benak kalian mendengar kata Ketua Osis? Sudah pasti cowok keren, dingin, dan populer, kan? Kalau iya berarti kalian perlu membaca cerita yang satu ini. Ini tentang Aksara si ketua Osis yang menyandang disabilitas bawaan lahi...