PART 24 : RUANG UKS

764 90 12
                                    

HAI-HAI AKU KEMBALI!
MAAF YA DAH LAMA GA UPDATE!

SEBELUM LANJUT KE PART BERIKUTNYA AKU MAU TANYA DONG!

SEBERAPA KANGEN KALIAN SAMA TOKOH DALAM CERITA INI?

SEBUTKAN MASING-MASING SATU TOKOH YANG PALING KALIAN SUKA DAN BENCI DALAM CERITA INI? DAN APA ALASANNYA?

Oh iya. Kira-kira mau happy end atau sad end nih?

Yuhuu selamat membaca!

PART 24 : RUANG UKS


Mencintai lo itu memang luka yang tiada ujungnya, Al. Semua yang gue dapetin cuman kesakitan. Tapi, gue suka. Luka dari lo itu candu yang tiada duanya


Alinea mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk ke indera pengelihatannya. Setelah terbuka sempurna bola mata gadis berbandana merah itu bergulir mengikuti arah sinar matahari yang menerobos melalui jendela UKS yang gordennya hanya ditutup setengah.

Tangan kanannya bergerak naik meraba keningnya ketika merasakan sebuah benda basah menempel di sana. Gadis itu mengernyit mendapati sebuah handuk kecil yang berada di keningnya juga tersadar jika bandana merahnya sudah terlepas dari kepala.

"Kenapa bangun, Al? Ga nyaman kena silau ya?"

Alinea memutar kepalanya ke samping kanan dengan cepat. Matanya melebar mengetahui siapa sosok laki-laki dengan seragam putih abu-abu yang rapi yang duduk di kursi plastik sebelah brankar.

Alinea menurunkan handuk kecil itu dari keningnya. "Ngapain lo ke sini?" sewotnya berusaha untuk duduk, namun sialnya kepalanya malah terasa nyut-nyutan.

"Jangan duduk dulu Al kalo masih pusing," larang Aksara yang meletakkan laptop yang semula berada di pangkuannya ke atas meja di sisi kanannya.

Cowok berkulit sawo matang itu memfokuskan pandangannya pada gadis berwajah pucat di depannya.

"Lo ngapain sih ke sini, Sa?" ulang Alinea jutek. Meskipun ia tengah sakit, tapi ia tetap tidak bisa bersikap lemah lembut pada sosok laki-laki di depannya ini.

"Gue cuman mau ngejagain lo, Al."

"Ngejagain? Ngejagain gue dari apa? Gue nggak perlu dijagain, Sa? Gue bisa sendiri."

Aksara diam beberapa saat. Sudah terbiasa dengan respon Alinea yang seperti ini. Ia juga sudah menduganya sedari Afroza dan Niskala memintanya untuk mengecek data mengenai kelengkapan properti, kostum, dan lain sebagainya untuk pensi yang tinggal beberapa minggu saja di ruang UKS sekalian menjaga Alinea.

Awalnya, Aksara menolak lantaran ia tahu kalau Alinea tidak pernah mau ia pedulikan. Dia tidak mau keberadaannya akan membuat gadis itu murka. Tapi, di satu sisi ia juga mengkhawatirkan kondisinya. Jadi Aksara memilih membawa laptopnya ke ruang UKS dan rela lehernya pegal karena terus merunduk untuk melihat layar laptop yang berada di pangkuannya.

"Udah deh mendingan sekarang lo pergi aja dari sini! Gue itu nggak papa gue nggak butuh dijagain!" usir Alinea.

"Tapi, lo sakit, Al," bantah Aksara.

"Udah gue bilang gue nggak papa, Sa," kilah gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Aksara tersenyum kecut. "Bahkan mata lo aja nggak bisa bohong, Al. Mata lo bicara kalo lo itu lagi sakit dan butuh diperhatikan."

Ucapan Aksara membuat Alinea membuang muka ke arah lain. Enggan menampakkan kerapuhannya di depan laki-laki itu. Cukup Arka saja yang tahu tentang hal itu.

AKSARA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang