Nuansa Bait Ilmu masih sama seperti dua tahun yang lalu. Interior kafe buku ini tak ada yang berubah, kecuali, jumlah bangku saja yang makin bertambah, serta sejumlah koleksi bacaan yang terbilang baru, berjajar rapi menghiasi rak buku.
Memasuki kafe ini seperti terjebak dalam ruang dilema bagiku. Atmosfer kafe sore ini lumayan sepi, tetapi kenangan yang mengendap di pikiran membuatnya terasa ramai. Aku sengaja memilih datang jam segini, biar tidak gaduh seperti kondisi hatiku. Menuntaskan kenangan memang butuh lingkup yang senyap. Sehingga, aku tidak butuh waktu lama membuang sisa-sisa rasa sampai lenyap.
Tak ingin membuang waktu, aku lantas menyapukan pandangan ke seluruh area kafe, menuju ke tempat duduk saat terakhir kali ke sini, yang kini terlihat masih kosong. Aku langsung melenggang ke sana. Meskipun, ada sesak yang menjalar ketika kenangan yang belum sepenuhnya hilang dari ingatan berkelebat begitu saja tanpa peringatan.
“Ya, sudah. Kalau gitu, kita sudahi saja.”
Itu kata-kata yang sengaja kulontarkan. Butuh keberanian untuk mengakhiri segenap rasa yang berkecamuk dalam ikatan. Sebelumnya, kita memang bertengkar hebat. Kala itu, kamu sengaja memancing amarah. Dengan mendekati beberapa wanita secara sengaja, agar aku segera menyuarakan kata ‘sudah’.
“Say, aku baru saja jadian sama dia.”
Dia yang dimaksud adalah lelaki pujaanku dulu. Wanita itu tidak tahu bahwa aku, sahabatnya, adalah kekasih dari seseorang yang ia cintai. Aku kalah langkah. Belum sempat berkisah, secara tidak sadar sudah dibuat patah.
Saat itu, aku benar-benar marah, bukan pada mereka yang sengaja menoreh luka. Namun, pada diriku sendiri yang tidak siap menghadapi kata pisah. Aku ingin menyerah, tetapi ada satu hal yang membuatku dilema. Mimpi-mimpi kami sudah tersusun rapi. Satu tahun lagi, janji suci akan terpatri. Namun, kenyataannya, jalan yang dipilih sudah tidak sama lagi.
Sore itu, di tempat yang sama seperti yang kudatangi kali ini, perpisahan itu benar-benar terjadi.
“Kamu orang baik. Aku yakin suatu saat nanti, kamu akan menemukan seseorang yang mencintaimu lebih baik dariku.”
Perjumpaan terakhir dengannya membekas begitu dalam. Sederet kata yang lelaki itu ucapkan hanyalah alasan. Sorot mata elang yang dulu begitu kukagumi itu menunjukkan jawaban. Kurasa, dia hanya sedang bingung menentukan cara terbaik untuk berpisah.
Suara langkah seseorang mengagetkan lamunan. Ternyata, pesananku datang. Blue ocean, french fries, dan choco toasted sudah terhidang di meja. Aku sengaja tidak memesan minuman sejenis kopi. Sebab, aku tidak ingin kenangan tentangnya mengakar kembali. Misiku kali ini harus sukses, yaitu menghilangkan sisa-sisa kisah yang pernah singgah, untuk diganti dengan cerita baru yang lebih mendamaikan hati.
Satu jam berselang, menu yang kupesan pun hampir tandas, tinggal minuman yang masih tersisa setengah gelas. Aku masih ingin berlama-lama di sini. Mengubur kenangan memang membutuhkan banyak energi. Sehingga, tidak ada salahnya jika aku harus memesan lebih banyak lagi. Namun, itu nanti saja.
Sembari memangkas waktu, kuedarkan pandangan ke sekeliling. Orang-orang datang silih berganti. Namun, aku masih setia tertahan di sini. Kemudian, netraku seketika menatap barisan buku sastra yang letaknya berseberangan dengan tempat dudukku. Lagi dan lagi, jenis buku bacaan itu mengingatkanku padanya.
Kala itu, kami pernah berdebat ringan menyoal konsep cinta antara Jalaluddin Rumi dan Kahlil Gibran yang tak sama. Maulana Rumi berkata bahwa cinta adalah sumber dari segala sesuatu. Sedangkan, Kahlil Gibran berpendapat bahwa cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia.
Pujangga kesukaan kami memang tak sama, aku penyuka Rumi, sedangkan dia penggemar Gibran sejati. Apapun itu, keduanya adalah pujangga yang hebat. Tidak perlu lagi berdebat meski beda pendapat. Sebab, setiap orang memiliki acuannya masing-masing untuk berpendapat.
![](https://img.wattpad.com/cover/299327007-288-k61579.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Sapphire (TAMAT)
RomanceShafira Kamil, seorang penulis lepas dan juga merupakan pemilik toko busana muslim ternama di kotanya, yang bernama LMode. Kariernya sebagai penulis dan pemilik usaha sukses. Namun, tidak dengan urusan cinta. Cinta yang sudah dirajut oleh Shafira...