BAB 2

53.9K 1.8K 48
                                    

Sambil menggaruk keningku ( yang sebenarnya tidak gatal ) pelan , aku menatap bingung kearah benda aneh yang berada di hadapanku saat ini. Tidak benar - benar aneh sebenarnya, ini hanyalah dua buah Short Dress yang sangat indah, yang satu berwarna merah marun tanpa lengan dengan belahan lima belas senti di atas lutut dan satunya lagi Short Dress berwarna Orance ke merahan tanpa lengan dengan tinggi sepuluh senti meter di atas lutut. Sederhana namun elegan, itulah kesan pertama yang aku dapat begitu melihat kedua baju itu. Siapapun akan sangat cantik jika mengenakan baju semahal dan seindah ini. 

Dan yang benar - benar membuatku bingung adalah, untuk apa gadis menyebalkan itu ( Naraya maksudku ) mengirimiku benda seperti ini. Karena seingatku, aku tidak pernah membuat sketsa baju dengan model seperti ini. 

Dering ponsel mengalihkan perhatianku untuk sesaat, beranjak dari tepi ranjang aku menyambar ponsel pintar yang berada di atas meja rias dan aku melihat nama gadis menyebalkan itu terpampang di ID Caller.. 

' Ah kebetulan sekali.' Batinku. 

" Davin sayang kau sudah menerima pesan dari Stefani?" Tanya Nara sebelum aku mengucapkan sepatah katapun saat menjawab panggilan teleponnya. 

Huh sopan sekali gadis ini. 

" Hallo Nara sayang, apa kabar? Senang bisa mendengar suaramu." Sindirku pada kebiasaan tingkah lakunya kali ini. 

Sejenak aku mendengar dia terkikik geli dari ujung sana. " Jangan bicara omong kosong nona Sanders." Dia menjeda ucapannya dan mencoba untuk mengontrol tawanya. " Tentu kau sudah menerima pesan dari Stefani bukan. lalu apa kau sudah menerima paket kirimanku yang fantastis itu?" Tanyanya lagi. 

Aku mengangguk malas, walaupun aku yakin dia tidak akan melihatku. " Iya aku sudah menerima kirimanmu, dua buah Short Dress kurang bahan." Sindirku sekali lagi. 

" Bagus kalo begitu, setengah jam lagi aku akan sampai sana untuk menjemputmu. Hurry up kau harus berdandan super cantik untuk membuat semua mata tertuju padamu." 

" Hentikan omong kosongmu Nara. Dan apa maksudmu kau akan menjemputku?" Tanyaku bingung sendiri. Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang Queen Size ku, menghirup dalam - dalam aroma Azka yang masih menempel di tempat ini. 

" Jangan bilang kau tiba - tiba menderita Amnesia. Sejam lagi kita harus menghadiri jamuan makan malam yang di adakan oleh keluarga Hermawan di Ritz Carlton. Kau lupa?" 

" Memangnya malan ini?" Tanyaku, belum mengubah posisiku. 

Dia mengeram kesal. " Iya bodoh, cepat siap - siap. Setengah jam lagi kau belum siap, aku akan mengacak - acak apartemenmu."  

Tut... tut.... tut.... 

Sekali lagi aku menatap ponselku yang sudah berwarna hitam dengan kening berkerut, pertanda sambungan teleponku dengan Naraya berakhir beberapa menit yang lalu. Meletakkan ponselku di atas nakas, aku meringkukkan tubuhku disisi ranjang dan memeluk guling yang selalu aku gunakan, ah seandainya Azka di sini. Betapa bahagianya aku... 

Tepat ketika aku hendak memejamkan mataku, ponselku kembali bergetar. Pertanda pesan masuk, aku meraihnya dan membuka pesan singkat dari gadis menyebalkan tukang memaksa semacam Naraya Subiyapto.  

From : Naraya 

HURRY UP, 20 MENIT LAGI AKU SAMPAI NONA PEMALAS!!!!! 

Aku mendengus sembari menimbang - nimbang apakah aku harus menghadiri Jamuan makan malam itu, tapi apa yang di katakan Nara memang ada benarnya. Pak Hendrawan adalah Donatur paling besar di Rumah singgah dan rasanya sangat tidak etis kalau aku absen dari acara ini. Lagipula tidak ada salahnya juga aku hadir, toh Azka tidak ada disini. 

FORBIDDEN SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang