Di dedikasikan untuk semua pembaca Forbidden Scandal, terima kasih untuk dukungan kalian yang luar biasa pada tulisan saya ini... :*
***
Aku merasakan sesuatu yang dingin dan basah menempel lembut di pipiku, membuatku mengeliat pelan, mencoba menghindar karena tak ingin tidur nyenyakku harus terganggu karena ini masih sangat pagi. Mungkin sekitar pukul 4 subuh dan aku masih ingin bergumal dengan selimut tebal yang menggulung tubuhku, menciptakan kehangatan dan kenyaman yang tiada tara.
" Ayo bangun." Bisikanya di telingaku.
Suaranya serak dengan wangi mint segar bercampur aroma aftershave yang menguar dengan begitu kuat dari tubuhnya yang saat ini masih berusaha menganggu tidurku.
Aku menggerang pelan kemudian membuka mataku perlahan, menyesuaikan pandanganku dengan penerangan yang masih begitu minim.
" Mau kemana?" Tanyaku saat melihatnya yang sudah nampak rapi dengan mengenakan setelan sweter abu – abu yang di padu dengan celana semi jins berwarna biru. Aku melirik jam waker yang berdiri di atas nakas, jam setengah empat.
Dia menoleh ke arahku sebentar. " Aku harus ke Jerman, mami ingin bertemu denganku." Katanya, beranjak dari ranjang kemudian berjalan menuju walk in closet yang berada tak terlalu jauh dari tempat ku berada. " Tapi lusa aku sudah kembali." Suaranya kembali terdengar dan beberapa menit kemudian dia keluar dari walk in closet kemudian berjalan ke arahku sambil mengenakan jam tangan Rolex favoritnya.
Aku mendesah panjang kemudian menaikkan selimut hingga ke batas leher. Kembali memejamkan mataku ketika diriku tak kuasa melawan gelombang rasa kantuk yang menerjangku. " Mendadak sekali." Gumamku, sudah di atas batas ambang kesadaranku.
" Iya, ada hal penting yang ingin dia bicarakan denganku." Suaranya terdengar seperti sayup – sayup lagu pengantar tidur yang biasanya di nyanyikan oleh Omma Luce saat akan menidurkan Rachael, namun ketika bibirnya tiba - tiba menyentuh bibirku seketika itu juga mataku terbuka dengan sempurna. Menyebabkan rasa kantuk yang sedari tadi bergelayut di mataku hilang dalam sekejap.
" Kau curang." Aku cemberut. Protes dengan caranya membangunkanku.
Dia tersenyum sambil mengacak rambutku yang berantakan. " Buatkan aku kopi." Katanya kemudian berjalan meninggalkan kamar kami.
Aku menatap punggung lebarnya yang kian menjauh sembari mengelengkan kepalaku tidak percaya. Azka Kulkov, astaga lelaki itu benar – benar tau caranya untuk membuatku kehabisan kata – kata.
" Barang – barangmu sudah masuk semua ke dalam koper?" Tanyaku, meletakkan secangkir kopi hitam favoritnya di atas meja.
Lelaki itu mendongak sejenak kemudian menganggukkan kepalanya. " Sudah semua." Jawabnya, kembali fokus pada tablet yang ada di tangannya.
Aku menghela napas panjang, menatap koper ukuran cukup besar yang berada di ujung sofa kemudian menarik bangku kosong yang ada di samping Azka.
" Kenapa menghela napas begitu?"
Aku menoleh ke arahnya, menatap Azka yang saat ini tengah menatapku dengan sorot mata yang tidak seperti biasanya.
" Dengan membawa koper segitu aku tidak yakin kau akan pulang lusa." Kataku.
Azka menoleh, menatap kopernya. " Hanya berisi 3 setel baju, kalau tidak percaya bongkar saja."
Aku mengerutkan kening, setengah tidak percaya. " Kenapa tidak bawa yang kecil atau travel bag saja."
" Kau takut aku tidak pulang ya?" Tanya Azka, menaikan sebelah alisnya. " Banyak berkas yang harus aku bawa pulang nanti." Katanya kemudian, menyesap pelan kopinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN SCANDAL
RomanceSebagian bab di Private secara acak **** Satu hal yang aku tau, jika satu - satunya sumber kebahagiaanku adalah hidup bersama Azka. Pria yang berhasil menjungkir balikkan duniaku hanya karena sentuhannya yang memabukkan. Sentuhan yang selalu me...