BAB 3

35.8K 1.7K 35
                                    

Di luar langit nampak gelap dengan rintik hujan yang mulai membasahi bumi, menciptakan hawa dingin yang membuat diriku semakin ingin bergelung di atas ranjang dengan selimut tebal yang membungkus tubuhku. Beberapa kali aku membalikkan badan, mencoba mencari posisi paling nyaman untuk melanjutkan tidurku yang sempat terganggu oleh suara - suara aneh yang berasal dari perutku yang keroncongan. Namun setelah beberapa kali mencoba akhirnya aku menyerah pada tuntutan cacing - cacing di perutku.

Dengan malas aku menyibakkan selimut lalu mengikat rambut panjangku secara asal. Sekilas aku melirik jam kecil yang berada di atas nakas yang kini sudah menunjukkan pukul 10 malam ( yang artinya aku sudah tidur lebih dari 8 jam ) lalu beranjak dari tempat tidur dan berjalan menyusuri lorong panjang yang menghubungkan kamar dengan dapur.

" Ada makanan di dalam kulkas, tinggal panaskan saja kalau kau lapar."

Sialan... Hampir saja aku menjatuhkan gelas di tanganku ketika suara rendah seseorang membuatku terkejut bukan main. Aku membalikkan badan, dan melihat sosoknya berjalan ke arahku dengan membawa satu kantong plastik berlogo supermarket yang berada di lantai bawah. Untuk sejenak, aku mengerutkan alis, merasa sedikit heram jika lelaki itu masih berada disini.

" Belum pulang." Tanyaku setelah berhasil menormalkan ekspresiku.

Dia mengeleng pelan lalu membuka pintu kulkas dan memasukkan beberapa belanjaannya disana.

" Aku menginap disini." Katanya dengan suara datar.

Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara kasar, kemudian menatapnya yang saat ini sedang membuka kaleng bir yang ada di tanganya lalu meneguk isinya secara perlahan.

" Kau tidak suka aku menginap disini?" Tanya Azka, suaranya sedingin es dengan wajah datar tanpa ekspresi namun aku bisa menangkap ada nada tidak suka dari suaranya.

Aku menghela napas panjang lalu menggeleng pelan. " Bukannya aku tidak suka, hanya saja yang aku butuhkan saat ini hanya istirahat yang cukup Azka." Jawabku sehalus mungkin, mencoba untuk tetap bersikap manis walaupun dalam hati ingin sekali rasanya aku mengumpati Azka dengan kata - kata kasar dan mengeluarkan segala perasaan yang ada di hatiku.

Tapi bagaimanapun juga seberapa besar marahku padanya, aku harus bisa menahannya. Bukan karena aku takut dia akan benar - benar meninggalkanku tapi lebih karena aku tidak ingin kami terlibat dalam konfrontasi panjang untuk hal - hal yang aku sendiri sudah tau hasilnya. Dan hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Yang pertama kami akan bergumal semalaman suntuk dalam pusaran gairah atau yang kedua kami akan beradu argumen hingga pagi buta jika pilihan pertama tidak dapatku penuhi. Dan rasa - rasanya aku tidak dalam mood untuk memilih dua pilihan tersebut. Karena yang aku butuhkan saat ini hanyalah kasur empuk dan selimut tebal.

Namun untung tak dapat di raih, malang tak dapat di tolak, Dia mendengus pelan lalu meletakkan kaleng minumannya di meja dengan sedikit kasar, amarah terlihat jelas dari sorot matanya. " Oh jadi maksudmu kalau aku menginap disini kau tidak bisa istirahat dengan baik, begitu?" Tanya Azka, tatapannya mengunci mataku. " Picik sekali pikiranmu nona Sanders." Lanjutnya sembari tersenyum meremehkan.

" Kau salah kalau kau berfikir seperti itu, karena malam ini aku tidak berniat untuk membuatmu terkapar di bawahku. Aku hanya ingin bermalam disini, terserah kau ingin istirahat dimana yang jelas aku tidak bisa tidur disofa." Ujarnya sebelum melenggang ke kamar, meninggalkan ku yang tengah melonggo seperti orang idiot di tengah dapur.

For god sake, kenapa aku harus jatuh cinta pada orang yang sangat menyebalkan seperti dia, jeritku dalam hati.

***

Aku bangun pagi - pagi sekali hari ini, bahkan sebelum ayam tetangga sebelah berkokok untuk pertama kalinya, mungkin sekitar jam setengah tiga dini hari karena langit masih begitu gelap. Dan itu semua karena ulah Tuan Azka Kulkov yang terhormat, dia membangunkanku dengan cara yang sangat aku benci ( oke hanya untuk saat ini saja ), mecumbu titik - titik sensitif yang menjadi kelemahanku dengan sangat liar dan pada akhirnya kami menghabiskan tiga sesi percintaan yang sangat menguras tenaga hingga aku bener - benar terkapar di bawahnya lalu dengan sekonyong - konyongnya dia menyeretku kekamar mandi untuk mandi dan bersiap - siap.

FORBIDDEN SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang