BAB 32

11.5K 946 147
                                    

***

"Sudah kenyang?"

Aku mengangguk pelan sambil menyandarkan punggung di sandaran sofa yang ada di ruang Jackob. Menikmati hembusan hawa dingin yang berasal dari air conditioner portable yang sengaja ku letakkan tidak jauh dari tempatku berada dan juga semerbak aroma lavender yang keluar dari tungku listrik aroma therapy yang entah bagaimana ceritanya ada di ruangan Jackob. Namun di luar alasan keberadaan benda ganjil itu, aku sangat bersyukur karena berkat merekalah aku bisa merelaxe kan syaraf – syarafku yang sempat tegang beberapa jam yang lalu.

"Dan sekarang aku mulai mengantuk," desahku dengan mata setengah terpejam. Rasanya seperti ada lem pekat yang di oleskan di mataku, membuat mataku terlalu sulit sekedar untuk di buka.

"Masuk ke dalam sana, tidur dengan Rachael."

Aku menoleh ke arahnya kemudian mendecakkan lidah. "Dan membuat program dietku jadi berantakan? Oh tidak, terima kasih," ujarku sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tasku ketika merasakan benda itu bergetar pelan. Rupanya ada beberapa pesan di whatsapp dan juga ada beberapa panggilan terabaikan dan sebagian besar dari orang yang sama.

Azka Kulkov

Aku menghembuskan napas panjang kemudian menghapus semua riwayat percakapan kami di whatsapp ataupun di chatting aplication lainnya tanpa berniat membaca pesannya yang di kirim 2 menit yang lalu. Semuanya sudah selesai, sudah tidak ada alasan lagi bagiku untuk tetap berhubungan dengan pria itu, sekalipun hanya sekedar bertukar kabar.

"Kenapa?"

"Huh?" aku mendongak, menatap Jackob dengan binggung. "Apanya yang kenapa?" tanyaku setelah berhasil menguasai diri.

"Dari tadi kau menghela napas terus."

Aku meringis kecil sambil memasukkan kembali ponselku ke dalam tas. "Biasalah,Naraya dengan kebawelannya," dustaku. Ingatkan aku untuk meminta maaf pada Naraya karena sudah membawa nama perempuan itu dalam aksi kebohonganku kali ini.

Ku lihat pria itu mengangguk – anggukan kepalanya kemudian meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda karena obrolan kami.

"Aku boleh pinjam macbookmu itu? Di pakai tidak?" tanyaku setelah lima belas menit berlalu dalam keheningan yang membosankan. Yang ku lakukan sedari tadi hanya duduk bersandar sambil mengamati interior ruangan pria itu.

"Pakai saja."

Aku mengumamkan terima kasih ketika mengambil benda pipih keluaran terbaru yang sebelumnya teronggok di atas meja Jackob kemudian menarik bangku kosong di hadapan pria itu dan menyalakannya , membiarkan diriku mulai tenggelem dengan duniaku sendiri.

"Ini isinya apa?" tanyaku sambil menunjuk salah satu folder terkunci yang ada di macbooknya. Folder unik dengan nama 'LOVE' yang langsung menarik perhatianku sejak menyalakan macbooknya.

Pria itu menoleh sekilas kemudian kembali fokus dengan pekerjaannya. Menandatangani beberapa berkas yang di antar oleh Safitri beberapa menit yang lalu.

"Foto."

Aku mengangkat sebelah alisku, menatapnya dengan pandangan menyelidik. "Foto seperti apa sampai – sampai kau password segala?"

Dia tidak langsung menjawab, melainkan meraih gagang telepon di hadapannya dan berbicara dengan Safitri hingga beberapa menit kemudian perempuan berparas ayu itu masuk kembali ke dalam ruangan Jackob dengan membawa beberapa map di tangannya.

"Ini Company Profile PT ARDE yang bapak minta," ujar Safitri sambil menyerahkan satu map berwarna biru muda pada Jackob. "Dan ini beberapa berkas pendukungnya," lanjutnya dengan meletakkan seluruh map putih yang tadi di bawanya di atas meja Jackob.

FORBIDDEN SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang