***
Aku tidak tau sudah berapa lama aku menangis sambil meringkuk kecil di ranjangnya yang besar, mendekap erat baju kotornya dengan air mata yang tak henti – hentinya mengalir di pipiku. Mengendus – ngendus sisa parfum bercampur keringat yang masih menempel dengan begitu kuat di kemeja hitam lengan panjang yang kemarin di kenakan Azka, seolah – olah aku sedang memeluk tubuh indahnya dengan sangat posesif. Membuat diriku nampak seperti orang paling tolol sedunia, tapi siapa yang peduli? Bukankah cinta memang sering membuat orang menjadi bodoh dan kehilangan arah? Dan kini aku tengah merasakan bagaimana pedihnya patah hati, patah hati karena cintaku bertepuk sebelah tangan. Membuatku berada pada level paling tolol dalam hidupku. Menyedihkan memang, tapi beginilah adanya. Duniaku seolah jungkir balik dengan sangat cepat apabila itu menyangkut Azka Kulkov.
" Lebih baik kau tanyakan langsung pada Azka Dav, bisa jadi ini hanya salah paham."
Kata – kata Naraya beberapa saat yang lalu kembali terngiang di kepalaku, membuat diriku pada akhirnya berada dalam situasi dilema tak berujung. Oh bagaimana tidak, Saat aku sudah membuat sebuah keputusan besar untuk rela melepaskannya namun dengan cepat aku di buat meragu setelah mendengar saran dari Naraya. Saran yang jujur saja menurutku cukup masuk akal. Tapi haruskah aku menanyakan hal itu pada Azka? Bagaimana jika dia berbohong padaku? Namun jika aku tidak bertanya, aku hanya akan tersiksa oleh rasa penasaran yang tak berkesudahan dan itu akan sangat menganggu, benar – benar mengganggu ketenanganku.
Oke Baiklah aku menyerah, memang sepertinya tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain memenuhi rasa penasaranku yang begitu tinggi. Segera saja ku sambar ponsel persegi panjang keluaran terbaru dari atas nakas dan menekan beberapa kombinasi nomor teleponnya yang sudah ku hafal di luar kepala kemudian menunggu beberapa detik hingga sambungan teleponku di angkat oleh seseorang yang ada di seberang sana. Oke saatnya memastikan semuanya miss Sanders, batinku menyemangati diri sendiri.
" Dav, ada paket untukmu."
Suara lembut Naraya menginterupsi kegiantanku untuk sejenak, aku menolehkan kepalaku ke belakang dan mendapati Naraya berdiri di daun pintu sambil memegang kotak kecil berwarna merah. Gadis itu nampak santai dengan mengenakan daster lusuh bergambar doraemon dan masker putih yang tersebar penuh di seluruh area wajahnya.
" Dari siapa Na?" tanyaku, meletakkan kembali ponsel ke atas meja kemudian membalikkan badanku untuk menatapnya. " Masuk saja. Kenapa berdiri disitu?" Aku hanya bisa mengelengkan kepalaku melihat Naraya yang nampak salah tingkah begitu memasuki kamar pribadi Azka.
" Aku hanya merasa sungkan." Jawabnya sambil meringis kecil. " Kamar ini sangat jauh berbeda dari kamar kita Dav, takut – takut ada barang hilang kita bisa jadi tersangkanya." Guyonnya tak urung membuatku ikut tertawa bersamanya.
" Apa itu?"
" Ah ini." Naraya menatap kotak kecil itu kemudian menyerahkannya padaku. " Seseorang meletakkan itu di depan pintu apartemen Dav."
Aku mengerutkan kening sebelum akhirnya membuka kotak itu dengan perasaan sedikit was – was. Takut – takut kalau yang ada di dalam kotak ini adalah bom waktu atau sebangsanya, oke aku terlihat berlebihan sepertinya, mana mungkin bom bisa masuk ke tempat super elit yang memiliki sistem keamanan yang luar bisa menakjubkan.
" Perasaanku tidak enak." Gumamku pelan, berjalan ke arah sofa yang berada di sudut kamar.
Dan WOW betapa istimewanya hari ini, lagi – lagi untuk kesekian kalinya dalam sehari aku mendapat syock terapi yang luar biasa mengagumkan. Karena saat ini di tanganku ada beberapa lembar foto Azka dengan seorang perempuan dalam berbagai kesempatan. Mulai dari pagi, siang, sore hingga malam hari. Azka dengan perempuan yang sama, catat, perempuan yang sama dengan foto tadi pagi, brengsek!
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN SCANDAL
RomanceSebagian bab di Private secara acak **** Satu hal yang aku tau, jika satu - satunya sumber kebahagiaanku adalah hidup bersama Azka. Pria yang berhasil menjungkir balikkan duniaku hanya karena sentuhannya yang memabukkan. Sentuhan yang selalu me...