EPILOG

19.3K 887 30
                                    

FORBIDDEN SCANDAL – EPILOG

***

Lima tahun kemudian....

"Kenapa belum tidur mom? Ini sudah hampir pagi," kata Jackob ketika memasuki kamar saat jam di dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

Aku yang sedari tadi sedang sibuk dengan buku sketsaku mendongakan kepala untuk menatapnya. Mengamati penampilannya yang terlihat begitu kusut, sarat akan gurat – gurat kelelahan.

"Kenapa jam segini baru pulang?" tanyaku sambil beranjak dari ranjang. Dengan langkah pelan aku berjalan ke arah kamar mandi kemudian mengisi jacuzzi dengan air hangat dan campuran aroma terapi untuk keperluannya mandi.

"Bukannya tadi sore aku sudah bilang kalau malam ini lembur untuk persiapan tender besok pagi?"

Aku menoleh, menatapnya dengan sebal. "Dasar tidak peka," dengusku kemudian beranjak dari kamar mandi, meninggalkan Jackob dengan kebingungannya. "Mandi sana," lanjutku sebelum menutup pintu kamar mandi.

Lima belas menit kemudian pintu kamar mandi terbuka, dengan berbalut boxer warna hitam dan kaos putih polos, Jackob keluar dengan tampilan jauh lebih segar dari sebelumnya. Aroma minyak telon langsung memenuhi indera penciumanku saat pria itu melangkah mendekat.

"Hey maafkan aku mom, janji ini terakhir kalinya aku pulang selarut ini," bisiknya sambil sesekali mengecup kepalaku, tangan kirinya bergerak dengan gerakan konstan, mengusap perutku yang semakin membuncit dari hari ke hari.

Aku yang sedari tadi berbaring memunggunginya langsung mengubah posisi tidurku dengan sangat hati – hati. "Kau ini tega sekali sih dad, bagaimana kalau malam ini aku tiba – tiba mulas karena anakmu tidak sabar ingin melihat dunia?" tanyaku dengan air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi pipiku. Aku tau aku sangat cengeng, untuk hal sesepele seperti ini saja bisa membuatku menangis sesunggukan. Tapi kata dokter itu wajar karena bawaan dari hormon kehamilan lagipula semenjak memasuki usia kandungan tujuh bulan aku menjadi begitu sensitif, mood ku sangat mudah berubah – ubah. Bahkan bisa berubah dalam hitungan menit dan untunglah aku memiliki suami yang sabar dan penuh pengertian seperti Jackob.

"Ssssttt sudah.. sudah.. aku di sini sekarang," gumamnya, memeluk tubuhku tanpa berniat menyakiti anaknya yang berada dalam perutku. "Ayo sekarang kita tidur. Tidur terlalu larut tidak baik untuk ibu hamil," lanjutnya, mengusap - usap kepalaku dengan lembut.

Aku mengangguk, mulai menikmati sentuhannya di perutku hingga kantuk yang sedari tadi ku tunggu akhirnya datang menghampiri, menjemputku untuk menjelajah alam mimpi.

***

"Mommy, daddy benar – benar payah. Masa daddy kalah sprint sama Rachael,"ujar Rachael saat datang menghampiriku. Napasnya terengah, keringat walaupun sedikit mulai menghiasi keningnya. Tanpa melepaskan senyum dari bibirku, aku mengelap keringatnya sambil mengamati Rachael dalam diam. Gadis kecilku kini sudah mulai tumbuh dewasa. Walaupun usianya baru akan memasuki usia sebelas tahun tapi postur tubuhnya sudah seperti remaja tanggung pada umumnya dan aku merasa waktu terasa cepat berlalu.

"Daddy kan sudah tidak mudah lagi kakak," sahut Jackob, yang berada di beberapa langkah di belakangku. Sedari tadi jika ku perhatikan tangannya sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya, entah siapa yang dia hubungi pagi – pagi begini, saat matahari belum seutuhnya muncul ke permukaan.

Rachael mendecakkan lidahnya. "Makanya daddy harus sering olahraga, jangan kerja terus. Kan sebentar lagi adek Rachael mau lahir jadi daddy harus kuat biar bisa bantu mommy urus adeknya Rachael," balas Rachael sambil mengambil menaruh tangannya di perutku. "Kok adeknya anteng mommy? Tidak nendang – nendang lagi seperti kemarin?"

FORBIDDEN SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang