multimed As Jackob Adams
***
Ini namanya serangan fajar yang sangat tidak terduga , sungguh. Setelah bergulat semalaman penuh dengan berbagai macam variasi ( you know lah maksudku ) yang entah dia dapat dari mana, aku tidak menyangka jika kami akan kembali meneruskan percintaan panas kami pada sesi selanjutnya di pagi hari. Lima belas menit yang lalu Azka kembali membawaku ke kamar sebelah dengan gaya bridal style yang nampak begitu luar biasa di mataku. Dia meletakkan tubuh lelahku ke atas ranjang dengan begitu hati - hati tanpa melepaskan tautan bibirnya di atas bibirku, menelusupkan lidah panasnya ke dalam mulutku kemudian bergerak liar menginvasi rongga mulutku dengan gerakan yang begitu mengodaku untuk menyambutnya. Dan jangan tanyakan tangannya yang sudah aktiv menjamah tubuhku di mana – mana.
" Kau membuatku kehabisan nafas." Kataku setelah berhasil menjauhkan bibirku dari bibirnya. Aku menarik nafas panjang – panjang, mengisi paru – paruku yang terasa kering kerontang karena ciumannya yang begitu panjang.
Azka menyeringai. " Tapi kau menyukainya sayang." Katanya kembali menyambar bibirku dengan gerakan cepat. Membuatku kembali memejamkan mata sambil melingkarkan kedua tanganku di lehernya, menarik tubuhnya untuk lebih dekat denganku. Persetanlah dengan rasa lelahku, kenyataannya aku memang tidak bisa mengabaikan setiap sentuhannya yang bagai candu bagi tubuhku.
" Kau benar." Bisikku ketika lidahnya yang panas kembali bergerak lincah di atas leherku. Menciumnya dengan meninggalkan bekas gigitan – gigitan kecil disana. Membuatku lagi - lagi mendesah panjang sambil meremas ujung rambutnya dengan pelan.
Azka kembali menyeringai setelah puas menginvasi leherku, bibirnya bergerak ke bawah, mengecup setiap jengkal tubuhku tanpa melepaskan belaian tangannya yang mampu mengirimkan gelenjar panas ke pangkal pahaku. Aku memejamkan kedua mataku, menikmati setiap sentuhannya tanpa menimbulkan suara berisik yang akan menganggu penghuni lain, tentunya.
" Menikmati sentuhanku eh?" Tanya Azka dengan menyunggingkan senyum miring.
Aku mendengus, meraih kepalanya kemudian melumat bibirnya dengan kasar, menghisap bibirnya secara bergantian seolah – olah bibirnya oksigen untukku. Aku sangat menyukai bibirnya, lembut, kenyal dan sangat kissable.
" Tutup matamu dan nikmati sentuhanku, tampan." Kataku ketika sudah berada di atasnya. Azka mengangguk masih dengan memejamkan matanya, seolah memberiku izin untuk mengambil alih permainan. Dan tanpa membuang waktu lagi aku kembali menyambar bibirnya yang selalu mengodaku, menciumnya sambil mengesekkan dadaku yang tertutup lingerie tipis ke arah dada telanjangnya.
Setelah puas dengan bibirnya, Ciumanku turun ke bawah, mengecup setiap inch kulit lehernya yang terasa panas di bibirku. Azka mengerang keras ketika dengan nakal bibirku bermain di daun telinganya yang sudah memerah, pertanda jika tubuhnya sudah di selimuti gairah yang membara.
" Oh damn..." Lagi – lagi dia mengerang keras ketika bibirku mengecup lembut perutnya, mengerakkan lidahku dengan gerakan seduktif sementara tangan kananku meraba - raba kulit luar pahanya hingga beberapa menit kemudian aku sudah membuang celana boxernya dan tanganku mengenggam kejantanannya yang sudah mengeras.
" Jangan mengulur – ukur waktu sayang." Bisiknya ketika aku menghentikan kegiatanku dan menatap wajahnya yang sudah berubah sendu, sendu oleh gairah.
Aku menyeringai kemudian memasukkan batang kejantanannya ke dalam mulutku, memaju mundurkan mulutku di kejantanannya sambil sesekali menghisapnya dengan kuat. Lidahku berputar – putar di ujung kejantanannya, menghisapnya lembut kemudian bergerak naik turun sesuai dengan urat – urat halus yang telihat di sana.
" Aku sudah tidak tahan." Katanya, membalik tubuhku sehingga kini dia berada di atasku.
Aku menyengir seneng, puas karena bisa membuat seorang Azka Kulkov menjadi tidak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN SCANDAL
RomanceSebagian bab di Private secara acak **** Satu hal yang aku tau, jika satu - satunya sumber kebahagiaanku adalah hidup bersama Azka. Pria yang berhasil menjungkir balikkan duniaku hanya karena sentuhannya yang memabukkan. Sentuhan yang selalu me...