BAB 19

14.4K 1K 63
                                    

 ***

Seperti kata pepatah. Untung tak dapat di raih, malang tidak dapat di tolak. Aku sudah tidak bisa mundur lagi. Mau tak mau aku harus pergi walaupun rasanya aku sangat enggan untuk pergi. Belum lagi mendapati bukan hanya diriku saja wanita dewasa yang akan ikut serta dalam perjalanan ke Bali kali ini, membuatku harus pintar – pintar mengatur emosiku dengan baik. Bukan masalah besar sebenarnya jika mereka bedua tau adab dan sopan santun. Tapi mereka berdua, ya tuhan bagaimana aku harus mengatakannya. Apa yang mereka berdua lakukan benar – benar sudah keterlaluan hingga membuatku semakin malas untuk pergi karena saking muaknya. Untuk ukuran pria sukses dan terhormat seperti Jackob Adam aku bisa simpulkan jika sudah menyangkut hawa nafsu, pria itu bisa menjadi sangat tolol, iya TOLOL.

" Jangan pedulikan mereka." Bisikan lembut dari pria di sampingku berhasil membawaku kembali ke dunia nyata. Aku mendengus kemudian menolehkan kepalaku kesamping begitu dia meraih jemariku kemudian meremasnya pelan.

" Aku tidak habis pikir bagaiamana bisa mereka mengumbar hal menjijikkan seperti itu di tempat umum." Kataku, kembali memfokuskan pandanganku pada dua objek yang berdiri tidak jauh dari tempatku berada. Jackob dan Clara, keduanya seolah asyik saling menggerayangi tubuh masing – masing tanpa mempedulikan keadaan disekitarnya.

" Kita tadi bahkan lebih dari itu." Katanya, terdengar begitu santai.

Aku cemberut. " Ya itu kan beda Azka. Kita di mobil, tidak seperti mereka yang mana semua orang bisa melihat."

" Tapi kita Making Love sayang." Sekali lagi dia berbisik dengan suara serak yang terdengar begitu sensual di telingaku, seolah dia kembali mengirimkan kode – kode rahasia yang mana hanya aku dan dia yang paham. Ah sial pipiku memerah lagi. Aku yakin sekarang mereka sudah seperti kepiting rebus.

" Ya tuhan Azka." Aku mencubit pelan pinggangnya ketika dia dengan sengaja menghembuskan nafasnya di telingaku, membuatku mengelijang saking gelinya.

" Kau sudah sampai?" Itu suara Jackob ketika dia menoleh dan mendapati diriku dan Azka sudah berdiri beberapa meter darinya. Sengaja mengambil jarak karena ketidak nyamananku terhadap pria itu. Aku mengedarkan pandanganku kesekeliling area bandara.

" Dimana Rachael?" Tanyaku ketika tidak mendapati Rachael berada dalam jangkauan mataku.

" Ke toilet." Kali ini teman wanita Jackob yang menjawab, tentu saja masih dengan bergelayut manja di lengan Jackob.

" Sendirian?" Tanyaku memastikan.

Anggukan kepala dari keduanya membuat emosiku tiba - tiba sudah berada di ubun – ubun. Di tambah lagi dengan melihat sikap santai Jackob membuatku ingin sekali melepaskan highheelsku kemudian melemparkannya ke kepala pria tolol ini.

" Astaga bisa - bisanya kau membiarkan bocah 5 tahun ke toilet sendiri." Bentakku kemudian beranjak pergi dan menyusul Rachael ke toilet. Pikiran buruk tiba – tiba memenuhi pikiranku, bagaimana jika sesuatu hal buruk terjadi? Bagaimana jika tiba – tiba ada orang jahat ingin menculik Rachael dan membawa putri kecilku itu pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi? Ya tuhan jangan sampai itu terjadi. Bagaiaman jika peristiwa 5 tahun yang lalu terulang kembali? Tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku harus bergegas dan memastikan Rachael masih ada dan baik – baik saja.

Begitu aku membuka toilet wanita, aku langsung menghela napas lega begitu mendapati Rachael masih ada di sana. Berjinjit untuk meraih sesuatu, terlihat begitu kesulitan karena tinggi badannya yang sampai.

" Rachael mau ambil sabun?" Tanyaku kemudian mengangkat tubuhnya hingga tangannya bisa berada di bawah magic shop dispenser.

Rachael menyengir kecil. " Terima Kasih tante Davin." Katanya setelah membasuh tangannya dengan air bersih kemudian meletakkan tangannya di bawah hand dryer.

FORBIDDEN SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang