BAB 21

12.2K 888 51
                                    

***

Jackob memilih diam dan membiarkanku menangisi apapun yang pernah terjadi di masa lalu. Membiarkanku menangisi apapun yang sudah kulakukan hingga rasanya sebanyak apapun air mata yang keluar dari mataku tak akan pernah sanggup untuk membuat hatiku menjadi lebih baik, yang ada justru semakin sakit. Sakit yang tidak akan pernah bisa terobati, lantas apa yang bisa ku lakukan saat ini?

Masih pantaskah aku menyebut diriku sebagai seorang ibu mengingat sudah berapa kali aku mencoba melenyapkan Rachael dari kehidupanku? Tiga Kali, demi tuhan tiga kali aku mencoba mengugurkan kandunganku. Manusia macam apa aku ini, hewan saja tidak akan pernah sanggup membunuh darah daging mereka, sedangkan aku? Apa yang aku lakukan? Ketololan apa yang kulakukan hingga tega – teganya meletakkan semua kesalahan pada janin tak berdosa yang kini sudah tumbuh menjadi anak kecil yang begitu mengemaskan.

"Kau benar, aku hanyalah wanita yang mengandung dan melahirkan Rachael. Aku bahkan tidak pantas menyebut diriku ibu setelah apa yang ku lakukan dulu." Bisikku dengan pandangan kosong, ingatanku berlari jauh ke saat – saat dimana aku mencoba menghilangkan Rachael dari hidupku. Alkohol, obat penggugur kandungan, hingga mendatangi dokter arborsi sudah ku lakukan hanya untuk membuat dia pergi dari hidupku.

"Sekarang aku bisa mengerti kenapa kau begitu marah saat aku ingin mengambil Rachael darimu. Aku sadar aku tidak pantas mendapat pengakuan dari Rachael. Aku akan pergi Jack, pergi jauh dari hidup Rachael, tapi tolong izinkan aku untuk tetap bisa melihat Rachael."

Ini adalah keputusan terberat yang pernah ku ambil seumur hidupku namun aku rasa itu adalah keputusan terbaik untuk kami semua, untuk Rachael lebih tepatnya. Aku tidak tau bagaimana harus menghadapi Rachael setelah ini. Aku sudah tidak memiliki muka untuk bertemu dengan Rachael. Aku terlalu malu untuk semua tingkah lakuku di masa lalu. Dan sudah sepantasnya aku pergi setelah apa yang sudah aku perbuat padanya.

"Omong kosong macam apa yang sedang kau bicarakan?" Geramnya.

Aku mengusap air mata yang tak berhenti mengalir dari mataku, kemudian mendongakan wajahku untuk menatap wajah Jackob yang kini sudah mengeras. Sorot matanya begitu dingin hingga membuat hatiku menggigil kedinginan.

"Ini yang terbaik untuk Rachael Jack."

Jackob mendengus kasar. "Terbaik katamu?"

Aku mengangguk.

"Aku tidak ingin melihat Rachael kecewa ketika nanti dia tau yang sebenarnya."

Aku langsung memejamkan mataku ketika tanpa di duga Jackob melayangkan kepalan tangannya untuk di hantamkan pada tembok yang berada tepat di belakangku. Rasanya begitu nyeri melihat bagaimana kobaran amarah tercetak jelas di matanya.

"Jadi kau hanya memikirkan perasaanmu saja? Bukannya menebus semua kesalahanmu pada Rachael, kau malah ingin menyelamatkan dirimu sendiri, begitu? Ibu macam apa kau ini Camelia."

Aku menggeleng cepat. "Tidak Jack, bukan seperti itu. Ini semua demi Rachael."

"Kau tidak pernah berubah Camelia. Kau tetap manusia paling egois yang pernah ku kenal." Desisnya tajam, sangat tajam hingga menimbulkan luka baru di atas lukaku yang masih mengangga lebar.

"Aku bukan bermaksud untuk egois tapi percayalah ini yang terbaik untuk Rachael. Lebih baik dia berpikir jika ibu kandungnya sudah mati. Sementara aku tetap bisa mengawasinya dari jauh."

"Berhenti bicara seolah – olah kau peduli pada Rachael." Bentaknya dengan nafas tersengal. Sekali lagi dia melayangkan tinju keras ke tembok yang berada di belakangku. Emosinya benar – benar membuatku takut setengah mati.

"Demi tuhan dimana hati nuranimu brengsek." Jackob mengambil napasnya dalam – dalam kemudian menghembuskannya dengan kasar. "Kau pikir aku sudi membawa dia kembali padamu? Tidak, sama sekali tidak setelah apa yang kau lakukan dulu. Tapi sebenci apapun aku padamu, sesempurna apapun aku menciptakan keluarga utuh untuknya pada kenyataannya Rachael tetap membutuhkanmu, yang sialnya adalah ibu kandungnya."

FORBIDDEN SCANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang